Senin, 26 Februari 2018

NHW #5 ; Learning How to Learn




Assalamu'alaikum Warrahmatullohi Wabarakatuh....

Hallo pals, kumaha daramang? Duh... menulis dan mengerjakan NHW #5 ini penuh perjuangan. Si kecil yang rewel dan maunya cuma sama mamahnya ini gak mau sama Ayahnya, jadi aja agak telat dan mandeg yaa. punten nyaa...

Baiklah.. aku mau melanjutkan perjalananku bersama kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional batch #5. Alhamdulillah sudah sampai di minggu kelima, dan kelas ini semakin riuh ketika menerima materi dan NHW tiap minggunya. Sepertinya tim IIP benar-benar menyusun waktu dengan benar-benar pas dan tepat, setelah kami menikmati long weekend eh .. materi yang dibahas bikin elap keringat dan bikin kepala pusing tujuh keliling.

Sebenarnya yang diminta NHW #5 cukup sederhana; membuat desain pembelajaran. Bukan hal yang baru juga buat aku, dulu waktu aku mengajar kerjaannya ya bikin beginian, tapi kok ketika diterapkan ke diri sendiri agak puyeng juga. Mungkin karena mikirnya terlalu ribet dan dibikin lebih spesifik kali yaa. Alhamdulillah setelah para penghuni kelas Matrikulasi IIP batch #5 kebingungan dan saling sharing tentang NHW #5 ini jadi ada insight dikit lah tentang NHW kali ini.

Emang ngapain sih harus bikin begituan segala? Walau gak wajib, tapi dalam rangka meluruskan niat, mencapai tujuan dan belajar mengatur diri sendiri, aku merasa perlu melakukan ini. Bagaimana aku mau mendesain pembelajaran untuk anak-anakku kalau mendesain pembelajaran untuk diriku sendiri saja nggak bisa? Aku juga percaya bahwasanya mendidik anak-anak sejatinya mendidik diri sendiri. Jadi teringat kutipan dari bu Septi Peni Wulandani yang kudapat di sesi belajarku yang lalu ;
"selesaikan dulu urusan diri sendiri, selanjutnya pandu anak-anak kita.Ingin anak mandiri, maka selesaikan dahulu perihal kemandirian diri kita. Ingin anak suka membaca, maka sukalah membaca terlebih dahulu. Ingin anak bertemu peran spesifik hidupnya, maka temukan dahulu peran hidup diri." 
Nah, sebelum mempraktekkan desain pembelajaran saat membersamai anak-anak, aku harus memulainya dari diriku sendiri dong. Ya karena, untuk membimbing belajar anak, aku harus punya bekal pembelajaran juga kan?

Oke pals, sebelum aku bisikin hasil jawaban PR ku, aku mau bagi-bagi resume hasil belajarku di minggu kelima. Mau atau mau banget? :p

Belajar Bagaimana Caranya Belajar




Pada dasarnya sebelum kita memulai belajar, kita harus paham terlebih dahulu apa yang ingin kita pelajari. Sama halnya ketika kita membersamai anak, kita harus paham benar apa yang dibutuhkan anak, tujuan apa yang ingin dicapai. Jika si anak sudah mantap dengan jurusan ilmu yang dipilih dan siap belajar, maka saatnya kita belajar bagaimana caranya belajar.

Padahal ya mau belajar ya tinggal belajar aja, kok harus cari tahu dulu bagaimana caranya belajar. Yup, karena dengan mengetahui bagaimana cara belajar yang tepat, kita bisa membuat cuztomized curriculum untuk anak-anak. Setiap anak unik, bukan? Jadi setiap anak bisa memiliki kurikulum yang berbeda.

Di pelajaran minggu keempat, kita telah belajar tentang fitrah. Seperti yang sudah kita tahu setiap manusia punya fitrah belajar, tapi selalu saja ada orang yang senang belajar dan ada yang tidak. Apalagi kalau pelajarannya sudah bikin males, misal matematika... rata-rata pasti mengeluh dan elap keringat. Pftth...

"Suatu pelajaran yang menurut kita berat jika dilakukan dengan senang hati maka pelajaran yang berat itu akan terasa ringan, dan sebaliknya pelajaran yang ringan atau mudah jika dilakukan dengan terpaksa maka akan terasa berat atau sulit."

Nah, dari quote tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa kita suka atau tidak pada suatu pelajaran bukan bergantung pada berat atau ringannya suatu pelajaran. Namun lebih kepada rasa. Membuat BISA itu mudah, tapi membuatnya SUKA itu baru tantangan.


Menjadi Berbeda


Oleh karena perkembangan di dunia yang semakin heboh, anak-anak kita pun ikut berubah. Jangan samakan anak-anak kita dengan anak-anak di jaman kita, maka sudah sepantasnya kita - para orangtuanya yang perlu meng-upgrade diri dalam membersamai mereka. Jadi untuk itu kita dan anak-anak perlu belajar tiga hal berikut ini;

1) Belajar hal berbeda
Untuk menyeimbangi kemajuan jaman yang sangat pesat, maka penting bagi kita belajar apa saja yang bisa:
  • Menguatkan Iman; ini adalah dasar yang amat penting bagi anak-anak kita untuk meraih masa depannya.
  • Menumbuhkan karakter yang baik.
  • Menemukan passionnya (panggilan hatinya)

2) Cara belajar yang berbeda

Jika dulu  kita dilatih untuk terampil menjawab, maka latihlah anak kita untuk terampil bertanya. Keterampilan bertanya ini akan dapat membangun kreatifitas anak dan pemahaman terhadap diri dan dunianya.

Jika dulu kita hanya menghafal materi, maka sekarang ajak anak kita untuk mengembangkan struktur berfikir. Anak tidak hanya sekedar menghafal akan tetapi perlu juga dilatih untuk mengembangkan struktur berfikirnya

Jika dulu kita hanya pasif mendengarkan, maka latih anak kita dengan aktif mencari. Untuk mendapatkan informasi tidak sulit hanya butuh kemauan saja.

Jika dulu kita hanya menelan informasi dari guru bulat-bulat, maka ajarkan anak untuk berpikir skeptik, yaitu tidak sekedar menelan informasi yang didapat bulat-bulat. Akan tetapi senantiasa mengkroscek kembali kebenarannya dengan melihat sumber-sumber yang lebih valid.

3) Semangat Belajar yang berbeda

Semangat belajar  yang perlu ditumbuhkan pada anak kita adalah :
  • Tidak hanya sekedar mengejar nilai rapor akan tetapi memahami subjek atau topik belajarnya.
  • Tidak sekedar meraih ijazah/gelar tapi kita ingin meraih sebuah tujuan atau cita-cita.

Ketika kita mempunyai sebuah tujuan yang jelas maka pada saat berada ditempat pendidikan, kita pastinya sudah siap dengan sejumlah pertanyaan-pertanyaan. Maka pada akhirnya kita tidak sekedar sekolah tapi kita berangkat untuk belajar (menuntut ilmu). Yang harus dipahami adalah menuntut ilmu bukan hanya saat sekolah, tetapi dapat dilakukan sepanjang hayat kita. Sekolah adalah salah satu cara menuntut ilmu, namun kita bisa menuntut ilmu di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja.

Strategi Belajar yang Tepat

Gunakanlah strategi meninggikan gunung bukan meratakan lembah. Maksudnya adalah dengan menggali hobby, passion, kelebihan, dan kecintaan anak-anak kita terhadap hal-hal  yg mereka minati dan kita sebagai orangtuanya memberikan dukungan semaksimal mungkin. Misalnya jika anak suka renang maka dukunglah kesukaannya dengan memasukkannya pada club renang, dengan sendirinya anak akan melakukan proses belajar dengan gembira.

Sebaliknya jangan meratakan lembah, yaitu dengan menutupi kekurangannya. Misalnya apabila anak kita tidak pandai atau tidak menyukai pelajaran eksak, kita tak perlu berusaha menjadikannya untuk menjadi pandai mata pelajaran tersebut dengan menambah porsi belajarnya lebih sering (memberi les misalnya). Justru hal ini akan menjadikan anak semakin stress.

Jadi ketika yang kita dorong pada anak-anak kita adalah keunggulan atau kelebihannya maka anak-anak kita akan melakukan proses belajar dengan gembira. Orang tua tidak perlu lagi cape menyuruh (biasanya sampe pakai urat, ye kan mak?) anak untuk belajar akan tetapi anak akan belajar dan mengejar sendiri terhadap informasi yang ingin dia ketahui dan dapatkan. Inilah yang membuat anak belajar atas kemauan sendiri, hingga mereka melakukannya dengan senang hati.

Membuat Anak Suka Belajar

Orang tua mana sih yang tidak ingin melihat anak-anaknya suka belajar? Tapi sekarang ini justru banyak orang tua yang mengeluh betapa susahnya menyuruh anak-anak belajar. So, untuk membuat anak-anak suka belajar, lakukan tiga hal berikut ini;
1) Mengetahui apa yang anak-anak mau / minati
2) Mengetahui tujuannya, cita-citanya
3) Mengetahui passionnya

Jika sudah mengerjakan itu semua, In Syaa Allah anak kita akan meninggikan gunungnya dan akan melakukannya dengan senang hati. Baik saja tidak cukup, tetapi kita juga harus punya nilai lebih, yang membedakan kita dengan orang lain.

Haii... Orang tua, saatnya kita berperan !

Masih banyak aku temui orang tua yang menganggap kewajibannya terhadap anak sudah selesai ketika anaknya telah dimasukkan di sekolah terbaik, terfavorit dan termahal. "Alhamdulillah ya Mba, anak saya bisa masuk sekolah "anu", itu kan sekolah bagus, pasti dia akan mendapatkan pelajaran yang baik, jadi saya hanya memikirkan biayanya saja". Rrrrrr.... Bu, ibu lagi berpikiran apa bu?

Kalau cuma sampai situ saja kewajiban orang tua terhadap anak, enak banget ya jadi orang tua. Masa cuma ongkang-ongkang kaki, kasih ke sekolah, langsung pengen anak jadi pintar dan baik? Terus kalau anaknya berkelakuan tidak sesuai dengan harapannya, sekolah yang ditegur dan dikomplain? Atau malah menyalahkan para pendidik di sekolah tersebut, menyalahkan lingkungannya. Big NO! Sekolah itu cuma partner kita, bukan jadi tempat yang kita mintai pertanggung jawaban secara total tentang segala hal yang terjadi pada anak kita.

Coba Pak, Bu, sebelum menuding orang lain, mari tunjuk diri sendiri dulu. Selama ini sudah memberikan bekal apa saja ke anak-anak? Kalau memang ternyata belum memberikan bekal yang kuat, jangan salahkan sekolah, jangan salahkan para pendidik di sekolah tersebut, jangan salahkan lingkungan,  coba lah instropeksi diri kita sendiri yang belum membersamai anak secara maksimal. Setelah menyadari betapa kita belum banyak berperan, maka saatnya kita take actions.

Peran kita sebagai orang tua :
  • Sebagai pemandu untuk anak-anak usia 0-8 tahun.
  • Sebagai teman bermain anak-anak kita pada usia 9-16 tahun, kalau kita tidak bisa menjadi teman yang asyik untuk mereka, maka anak-anak akan menjauhi kita dan anak akan lebih dekat/ percaya dengan temannya
  •  Sebagai sahabat yang siap mendengarkan anak-anak kita pada usia 17 tahun keatas.

Cara mengetahui passion anak:

1) Observation ( pengamatan)
2) Engage (terlibat)
3)  Watch and listen (lihat dan dengarkan suara anak)

Untuk bisa menemukan bakat dan minat anak, ajak anak untuk melakukan banyak aktivitas dan pertemukan anak dengan berbagai komunitas. Perbanyak ragam kegiatan anak, semisalnya ; olah raga, seni dan lain-lain. Belajar untuk telaten mengamati, dengan melihat dan mencermati terhadap hal-hal yang disukai anak kita dan apakah konsisten dari waktu ke waktu. Ajaklah anak-anak berdiskusi tentang kesenangan anak, kalau memang suka maka kita dorong.

Cara mengolah kemampuan berfikir anak dengan:

1) Melatih anak untuk belajar bertanya, caranya: dengan menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya mengenai suatu obyek.
2) Belajar menuliskan hasil pengamatannya. Belajar untuk mencari alternatif solusi atas masalahnya.
3) Melakukan presentasi yaitu mengungkapkan apa yang telah didapatkan/dipelajari.
4) Kemampuan berfikir pada balita bisa ditumbuhkan dengan cara aktif bertanya pada si anak.

Menantang juga ya jadi orang tua zaman now, tentu dong.. Kalau jadi orang tua itu gampang, hadiahnya nggak surga yaa, tapi payung atau gelas, hehe. anyway, kalau ada yang tanya "emang mbanya udah keren, sok-sokan ngomongin parenting?" Ya jelas belum lah, justru karena merasa belum keren, aku merasa perlu belajar lagi dan lagi. Materi dari kelas matrikulasi ini aku bagikan di sini selain agar teman-teman yang membutuhkan bisa membaca, juga untuk menjadi pengingat diriku saat semangat lagi turun. So, mari kita semangaaat jadi orang tua yang selalu membersamai anak-anaknya.

Membuat Desain Pembelajaran

Setelah tuntas belajar mengenai belajar bagaimana caranya belajar, kini saatnya mengerjakan NHW yang bikin jidat mengkerut dan menggumam berkali-kali. ahhaa...
Alhamdulillah ketika hampir menyerah dan menutup laptop karena kebingungan, mbak Feli - sang fasilitator kelas membawakan 'cemilan' yang menyehatkan tentang Piramida Belajar ala William Glasser.




Dari piramida tersebut kita bisa simpulkan jika;

10% pemahaman berasal dari yang kita BACA
20% pemahaman berasal dari yang kita DENGAR
30% pemahaman berasal dari yang kita LIHAT
50% pemahaman dari yang kita LIHAT DAN DENGAR
70% pemahaman dari yang kita DISKUSIKAN
80% dari PENGALAMAN yang dijalani
95% dari kita belajar untuk MENGAJAR/ BERBAGI

Setelah memahami maksud dari piramida tersebut, aku menyimpulkan bahwa dalam membentuk desain pembelajaran tidak harus berisi teori-teori saja, namun justru harus kita imbangi dengan praktek dalam keseharian. Setelah membaca sebuah buku dan kita mendapatkan inspirasi, amalkan hal tersebut, Setelah kita melihat atau mendengar kajian dan menjadi tahu sesuatu syariat yang sebelumnya belum kita ketahui, segera amalkan dalam keseharian. Semakin banyak kita mengalami dan melakukan apa yang kita baca, lihat, dengar dan diskusikan, akan semakin banyak ilmu yang terikat di dalam diri. Lalu kuatkan dengan berbagi ilmu yang telah kita lakukan, baik lewat tulisan atau lewat diskusi dengan orang lain.

Nah, akhirnya setelah merenung dan menggali kembali apa tujuan belajarku, aku berhasil membuat desain pembelajaran untuk diri sendiri. Mau tahu? sini aku contekin ;





Selain menyiapkan desain pembelajaran untuk diri sendiri, aku juga mulai menyiapkan desain pembelajaran untuk Sheeva, meskipun masih secara global dan belum detail karna doi masih bayi lucu nan menggemaskan. Insya Allah dari yang global ini akan membantuku lebih dalam menyiapkan ruang belajar untuk dia dan nanti untuk adiknya menyusul yaa :p



Alhamdulillah, akhirnya kelar juga nih NHW #5... Huftttt*elapkeringat*. See you again on the next posting !

Minggu, 18 Februari 2018

NHW #4 ; Mendidik Anak dengan Kekuatan Fitrah





Assalammu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Haiii guys... Apa kabar? Btw, happy long weekend yaa and Gong Xi Fa Chai bagi yang merayakan. Kali ini aku kembali dengan pritilan Nice Homework dari kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch #5. Alhamdulillah, sudah masuk minggu keempat dengan tugas yang semakin menantang hati, jiwa, pikiran dan badan.. tsaaah..

Setelah minggu lalu para penghuni kelas matrikulasi diajak berpikir tentang "Membangun Peradaban dari Dalam Rumah", minggu ini kami 'diteror' dengan materi tentang mendidik dengan kekuatan fitrah. Sangat jelas ya guys, pada benang merahnya antara bagaimana membangun peradaban dengan mendidik berdasarkan fitrah. Tidak akan terbangun sebuah peradaban jika orang tua tidak mampu menemukan, menjaga dan menumbuhkembangkan fitrah anak-anaknya.

Allah menurunkan manusia ke muka bumi dengan fitrah sebagai modal utama untuk menjadi khalifah, termasuk anak-anak kita. Biasanya orang tua, khususnya orang tua-orang tua baru kaya aku, pada awalnya selalu gagap dan kebingungan menjalani peran sebagai orang tua. Ikut seminar sana-sini, semua buku dilahap, artikel parenting di semua media diambil, akhirnya jadi galau dan bingung sendiri menerapkannya. Padahal kalau kita mau menggali lebih dalam, Allah sudah menyiapkan anak-anak dengan modalnya, kita tinggal menemukan dan mengarahkan sesuai kehendakNYA.

Pendidikan Anak dengan Kekuatan Fitrah




Alhamdulillah guys, melalui kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional aku kembali diingatkan mengenai mendidik dengan kekuatan fitrah. I will share a part of the lesson here, so that we can learn it together

Kalian merasa gak sih kalau selama ini kita heboh pada "apa yang harus dipelajari anak-anak kita", bukan pada "untuk apa anak-anak mempelajari hal tersebut". Sehingga kadang kita dibingungkan karena memberikan muatan-muatan pelajaran ke anak-anak kita tanpa tahu untuk apa anak-anak ini harus melakukannya. Hmmm... Iya juga sih yaa?
Nah.. Sebetulnya aAada satu kurikulum pendidikan yang tidak akan pernah berubah hingga akhir jaman, yaitu PENDIDIKAN ANAK DENGAN KEKUATAN FITRAH. Meski terlihat sederhana, namun untuk bisa menjalani proses tersebut ada beberapa tahap yang harus anda jalankan;

  • Bersihkan hati nurani kita, karena ini faktor utama yang menentukan keberhasilan pendidikan.
  • Gunakan mata hati untuk melihat setiap perkembangan fitrah anak-anak. Karena sejatinya sejak lahir anak-anak sudah memiliki misi spesifik hidupnya, tugas kita adalah membantu menemukannya sehingga anak-anak tidak  akan menjadi seperti kita, yang telat menemukan misi spesifik hidupnya.
  • Pahami fitrah yang dibawa anak sejak lahir itu apa saja. Mulai dari fitrah Ilahiyah, fitrah belajar, fitrah bakat, fitrah Perkembangan, fitrah Seksualitas dan lainnya.
  • Upayakan proses mendidik yang sealamiah mungkin sesuai dengan sunatullah tahap perkembangan manusia. Analogikan diri kita dengan seorang petani organik.
  • Selanjutnya tugas kita adalah MENEMANI, sebagaimana induk ayam mengerami telurnya dengan merendahkan tubuh dan sayapnya, seperti petani menemani tanamannya. Bersyukur atas potensi dan bersabar atas proses. Semua riset tentang pendidikan ternyata menunjukkan bahwa semakin berobsesi mengendalikan, bernafsu mengintervensi, bersikukuh mendominasi dsbnya hanya akan membuat proses pendidikan menjadi semakin tidak alamiah dan berpotensi membuat fitrah anak anak kita rusak.
  • Manfaatkan momen bersama anak-anak, bedakan antara WAKTU BERSAMA ANAK dan WAKTU DENGAN ANAK. Bersama anak itu artinya kita dan anak berinteraksi mulai dari hati, fisik dan pikiran bersama dalam satu lokasi. Sedangkan waktu dengan anak, kita dan anak secara fisik berada dalam lokasi yang sama, tapi hati dan pikiran kita entah kemana. Anaknya mainan sendiri, ibunya asyik online main hp #plak
  • Rancang program yang khas bersama anak, sesuai dengan tahap perkembangannya, karena semua anak itu very limited special edition. Tidak ada anak yang diciptakan sama, semua anak itu unik, bahkan anak kembar sekalipun.

Mendidik itu bukanlah menjejalkan, mengajarkan, mengisi dan sebagainya. Tetapi pendidikan, sejatinya adalah proses membangkitkan, menyadarkan, dan menguatkan fitrah anak kita sendiri. Lebih penting mana membuat anak bergairah belajar dan bernalar atau menguasai banyak pelajaran? Lebih penting mana membuat mereka cinta buku atau menggegas untuk bisa membaca?






Memulai Proses Mendidik dengan Kekuatan Fitrah

Sebelum memulai menggali lebih dalam tentang fitrah anak-anak kita, saatnya untuk lebih mengenali diri sendiri dengan cara menemukan misi hidup dan misi keluarga. Dua misi ini yang nantinya akan menuntun kita untuk bisa mendidik anak secara fitrah. Dan inilah inti dari NHW #4 kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional kali ini.

Dibandingkan NHW - NHW sebelumnya, menurutku NHW #4 ini lebih mudah dikerjakan, karena para murid hanya diminta untuk melakukan review NHW #1, #2 dan #3. Namun pada prosesnya, NHW #4 ini membutuhkan konsistensi alias keistiqomahan dalam pelaksanaannya. Selain itu juga dibutuhkan momen pembersihan diri agar bisa menemukan kehendak Allah terhadap diri sehingga bisa merumuskan misi hidup dan misi keluarga.

Adapun rangkaian poin-poin dalam NHW #4 sebagai berikut;

a) Mari kita lihat kembali Nice Homework #1 , apakah sampai hari ini anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini? Atau setelah merenung beberapa minggu ini, anda ingin mengubah jurusan ilmu yang akan dikuasai?

baca juga: NHW #1;  Adab Menuntut Ilmu

Di NHW #1 saat fokus pada adab menuntut ilmu dan diminta untuk memilih jurusan ilmu di universitas kehidupan, aku memilih untuk mempelajari jurusan ilmu tentang menjadi seorang Ibu yang beradab dan berilmu. Setelah aku membaca kembali catatanku mengenai ini dan melakukan review selama beberapa hari, aku yakin telah tepat memilih jurusan yang ingin aku pelajari.

Menjadi ibu memang alamiah dan natural, namun menjadi Ibu yang memiliki adab yang baik dan berilmu pula, sangatlah dibutuhkan segudang wawasan dan bekal yang cukup demi membantu anak-anak menemukan fitrahnya dan membangun peradaban dari dalam rumah. Apalagi dunia yang akan dihadapi anak-anak merupakan dunia yang berbeda; dunia yang lebih maju secara teknologi, namun turun drastis secara adab. Dunia yang dipenuhi dengan gadget, sosial-sosial media, channel-channel televisi yang bisa menjadi musuh mematikan jika tidak diatur sebaik mungkin. Karena alasan itulah aku tetap akan mempertahankan belajar mengenai hal-hal apa saja yang harus dikuasai untuk menjadi Ibu yang memiliki adab dan ilmu. Ibu yang tak sekedar menyandang gelar ibu karena telah mengandung dan melahirkan anak, namun sebenar-benarnya ibu yang menjadi guru pertama dan utama untuk anak-anak yang aku lahirkan, dan juga sebagai seorang ibu - pendamping ayah - yang akan menjadi teman dan rumah paling nyaman untuknya pulang. Dan tentu saja seorang ibu yang bisa merangkul lingkungan sekitarnya dan menebarkan manfaat meski hanya seujung kuku.

b) Mari kita lihat Nice Homework #2,  sudahkah kita belajar konsisten untuk mengisi checklist harian kita? Checklist ini sebagai sarana kita untuk senantiasa terpicu “memantaskan diri” setiap saat. Latih dengan keras diri anda, agar lingkungan sekitar menjadi lunak terhadap diri kita.


Well, mengikuti kelas matrikulasi ini, sangatlah menantang adrenalinku untuk tidak moody dan belajar mengikuti aturan yang telah aku tetapkan. Bagaimana aku bisa mengajak anak patuh pada aturan, kalau ibunya saja belum sanggup konsisten pada aturan yang dia buat? #selfreminder

Sebetulnya checklist yang aku susun untuk NHW #2 ini belum konsisten aku jalankan (banyak alasan memang yak, please jangan dicontoh). Selain aku ini orangnya moody-an ditambah lagi sekarang urusan domestik bertambah, so aku lagi atur waktu lagi niih. Memperbaiki jadwal aku lagi. Jadwal harianku berubah drastis semenjak si kecil lahir. Aku terlalu fokus padanya dan memang aku ingin mendampingi si kecil selama 24jam 7hari. Jadinya ada beberapa schedule yang telah dibuat belum terealisasikan.

Sebuah kebiasaan buruk yang harus segera aku tinggalkan. Namun bahwasanya hal ini adalah sarana untuk memantaskan diri agar menuju jurusan yang aku pilih, mau tidak mau, aku harus mau untuk merubah diri agar lebih teratur dan disiplin. Semoga checklist yang kubuat bisa membantuku untuk terus lebih baik dan lebih tangguh menghadapi tantangan hidup. Doakan aku yaaa sahabat biar lulus mencapai goal dari checklist tersebut, sehingga bisa semakin produktif, baik sebagai ibu dari anak-anak, sebagai istri dan sebagai seorang perempuan yang produktif.

c) Baca dan renungkan kembali  Nice Homework #3, apakah sudah terbayang apa kira-kira maksud Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Kalau sudah, maka tetapkan bidang yang  akan kita kuasai, sehingga peran hidup anda akan makin terlihat.


NHW #3 sejauh ini aku sudah memiliki bayangan untuk apa Allah menciptakan aku sebagai diriku sendiri, Allah menciptakan aku sebagai seorang anak, seorang istri, seorang Ibu dan seorang individu bagi lingkunganku. Memang benar, Allah menciptakan segala sesuatu itu pasti memiliki tujuan. Allah-lah yang Maha Mengetahui sedangkan aku tidak. Saat mengerjakan NHW #3 ini, gejolak perasaan kian meletup - leptup. Yaa Allah.... sungguh besar kuasaMu atas kami umatMu, begitu cintanya diriMu kepada kami namun terkadang kami tak menangkap signal yang KAU berikan, kami kurang "IQRA" atas apa - apa yang KAU berikan. Yuupss... dalam menjalankan dan mengaplikasikan NHW #3, aku hanya perlu memperbanyak syukur dan memahami serta menjalankan apa maksudNya yang sudah dikehendakiNya kepadaku.

Aku jadi teringat pengalaman dan pembelajaran tentang keikhlasan dan keberserah dirian pada Allah. Ketika SMA, dimana masa remaja yang sangat indah pastinya, namun Allah menguji aku dengan memberikan nikmat sakit. Yaaa.. Aku di vonis dokter sebuah penyakit yang mengharuskan salah satu sel ovariumku diangkat. You know lah ya guys, apa fungsi sel ovarium dalam tubuh kita dan manfaat keberadaannya bagaimana. Bagi seorang wanita sel ovarium ini adalah sebuah organ terpenting karena berhubungan dengan masa depannya kelak. Coba deh bayangin, ketika di masa labil - labilnya aku, aku harus menerima kenyataan itu, shock pastilah aku, pikiran negatif dan sikap pesimis pun kerap menghantui aku. Namun, keluargaku terutama kedua orangtuaku, selalu menguatkan aku, menyuruhku mendekatkan diri dan berserah diri kepada Allah. Karena Allah-lah yang Maha Mengetahui apa yang kita tidak tahu.

"Apa yang menurut kita baik belum tentu baik dimata Allah dan apa yang menurut kita buruk belum tentu juga buruk di mata Allah"

Kalimat tersebut selalu menguatkan aku, sehingga aku dapat ikhlas dan mampu menjalani kehidupan dengan optimis. Alhamdulillah, benar saja, karena aku ikhlas dan hanya berserah diri kepada Allah, Allah mendengar do'a aku. Walau aku tak sempurna, walau hanya dengan satu ovarium, Allah Maha Baik, Allah telah memberikan amanah seorang putri yang aku kandung sendiri dari rahimku dan aku merasakan bagaimana perjuangannya menjadi seorang Ibu dari mulai mengandung samapai melahirkan. Aku pernah berbagi pengalaman ini dengan teman - temanku, terutama bagi teman- temanku yang sudah menikah namun belum Allah percayakan untuk menjadi seorang Ibu padahal mereka sempurna. Ovarium mereka pun lengkap. Aku pernah bilang, bahwasannya semua itu adalah kuasa Allah, berserahlah dan selalu memintalah hanya kepadaNya karena Allah Maha Mengetahui yang terbaik untuk setiap ummatNya.

Nah.. salah satu pengalaman tersebut membuat aku tersadar dan yakin, mengapa Allah memilih aku untuk menjadi anak dari orangtuaku, istri untuk suamiku, Ibu untuk anak - anakku dan teman untuk para sahabat - sahabatku. Aku pun menemukan misi dalam kehidupanku melalui segala perjalanan hidupku.

Misi Hidup : Menjadi seorang wanita dan Ibu yang memiliki ilmu dan beradab agar aku dapat mendidik anak - anakku menjadi generasi yang berilmu dan beradab
Bidang : Pendidikan Ibu dan Anak
Peran : Inspirator dan Fasilitator

d) Setelah menemukan 3 hal tersebut,  susunlah ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan misi hidup tersebut. 

Untuk bisa menjadi ahli sebagai seorang ibu yang berilmu dan beradab, khususnya di bidang Pendidikan Ibu dan Anak, Maka aku menetapkan  tahapan ilmu yang harus aku kuasai sebagai berikut:

1. Bunda Sayang : Sebagai dasar atas rangkaian tahapan sebagai ibu yang memiliki adab dan ilmu, aku merasa sangat penting untuk terus menambah ilmuku seputar pengasuhan anak (parenting), mengaji ilmu agama lebih dalam agar aku bisa memberikan bekal dan pondasi yang kuat untuk anak-anakku dan belajar untuk menjadi teman bermain yang mengasyikkan serta memfasilitasi anak-anak dengan alat-alat bermain yang mereka butuhkan sesuai tahapan usia. Aku juga tertarik sekali untuk lebih mendalami lagi mengenai ilmu psikologi agar lebih paham tentang memahami dan merespon perilaku anak, suami dan orang-orang di sekitar.

2. Bunda Cekatan : Selain memantaskan diri dengan belajar ilmu-ilmu di tahapan bunda sayang, aku juga membutuhkan ilmu-ilmu seputar manajemen pengelolaan diri dan rumah tangga, antara lain mendalami lagi pelajaran memasak agar dapat membuat menu keluarga lebih variatif, belajar keuangan agar bisa mengatur cash flow keluarga dengan lebih baik, juga belajar beberapa life skill seperti menjahit, merajut, mengatur lemari pakaian. Life skill ini selain berguna untuk kehidupan di masa kini, juga sangat bermanfaat jika bisa diwariskan kepada anak-anak.

3. Bunda Produktif : Berkaitan dengan minat dan bakat yang aku tekuni yaitu dunia tulis menulis dan keinginan aku membuka jasa konsultasi untuk anak dan remaja, aku harus lebih banyak baca kembali buku - buku yang menunjang tulisanku, aku ingin melanjutkan sekolah keprofesianku, aku ingin belajar lebih banyak tentang blogging lebih banyak dan profesional, serta belajar menulis novel dan buku inspiratif pada ahlinya. Aku juga ingin belajar public speaking agar lebih baik dalam menyampaikan apa-apa yang aku pikirkan secara langsung kepada khalayak sehingga maksudku bisa ditangkap dengan baik. Selain itu aku juga merasa sangat penting belajar mengenai vlogging dan hal-hal yang berkaitan dengan dunia digital lainnya demi meningkatkan kualitas konten blog aku.

4. Bunda Shaleha : Aku ingin belajar lebih banyak untuk bisa berperan secara aktif dan positif pada setiap komunitas yang aku ikuti. Aku juga ingin belajar menjadi event organizer agar bisa kembali mengadakan acara-acara parenting yang berkualitas dengan tim yang telah sevisi-misi denganku.

d) Tetapkan Milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan Misi Hidup

Walaupun aku baru menjadi seorang Ibu, ya baru tiga bulan dan menjadi seorang istri pun belum genap dua tahun, tetapi jika menjadi anggota masyarakat sudah berjalan selama duapuluh tujuh tahun. Meskipun demikian, aku merasa belum melakukan sesuatu yang berarti dalam kehidupanku Kadang menyesal, kenapa begitu terlambat aku memulai semua ini, namun bukankah lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali?

Maka aku menetapkan hari ini sebagai KM 0 - ku. Di usia duapuluh tujuh tahun lebih tujuh bulan ini aku harus mampu berkomitmen untuk mencapai  10.000 (sepuluh ribu ) jam terbang  di bidang yang telah aku tentukan, agar lebih mantap menjalankan misi hidup. 

Sejak hari ini aku akan berusaha setiap harinya akan mendedikasikan 8 jam waktu yang aku punya untuk mencari ilmu, mempraktekkan, dan menuliskannya bersama dengan anak-anak.  Semoga dalam jangka waktu kurang lebih 4 tahun, aku sudah bisa melihat hasil yang aku inginkan.

Berikut ini milestone yang aku tetapkan :
KM 0 – KM 1  (tahun 1 - usia 27 hingga 28) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Sayang - bisa menjadi ibu, istri dan sahabat yang baik untuk anak-anak dan suamiku.
KM 1 – KM 2 (tahun 2 - usia 28 hingga 29) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Cekatan - bisa menjadi ibu yang lebih kreatif dan inovatif dalam mengurusi keluarga dan rumah tangga.
KM 2 – KM 3 (tahun 3 - usia 29 hingga 30) : Menguasai Ilmu seputar Bunda Produktif - bisa menuju kemandirian finansial melalui bakat dan minatku; blog, menulis novel dan kisah inspiratif.
KM 3 – KM 4 (tahun 4 - usia 30 hingga 31) : Menguasai Ilmu seputar Bunda shaleha - bisa menyelenggarakan acara-acara seminar atau workshop parenting dengan biaya terjangkau/ tidak berbayar di daerah-daerah atau sekolah-sekolah yang belum tersentuh parenting. 

Aku berharap sebelum usia 35 tahun, aku sudah bisa menjadi ibu yang bisa memahami dan mengarahkan fitrah anak-anaknya, sahabat yang baik untuk suamiku, mencapai posisi financial yang baik melalui minat dan bakatku serta bisa bermanfaat kepada orang lain lewat tulisan, daycare, jasa konsultasi terutama untuk anak dan remaja dan beberapa kegiatan yang aku impikan.

e) Koreksi kembali checklist anda di NHW#2, apakah sudah anda masukkan waktu-waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas. Kalau belum segera ubah dan cantumkan.

Setelah aku kembali membaca checklist-ku di NHW #2 aku sudah memasukkan waktu-waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut, namun belum terlalu spesifik. Maka setelah checklist bulan ini aku review, aku akan memasukkan kembali poin-poin tersebut secara lebih spesifik. 

f) Lakukan, lakukan, lakukan, lakukan

Apapun rencana, target dan checklist yang aku lakukan, tidaklah akan ada artinya ketika tiada konsistensi alias keistiqomahan dalam menjalankannya. Maka selain menggambar mimpi, aku perlu meluruskan niat dan memetakan langkah demi bisa menjalankan misi hidupku dan meraih cita-citaku. Aamiin.

Inilah saatnya kita membuat sejarah kita sendiri. Ini sejarahku, mana sejarahmu, guys?

See you next post guys and thank you for reading. Salam semangat membersamai anak menjadi generasi yang berilmu dan beradab !!! 

Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.


Minggu, 11 Februari 2018

Surat Cinta Untuk Ainul (2)






Teruntuk kamu, lelakiku tersayang...

Jika Habibi memiliki Ainun
Aku pun memiliki Ainul
Jika Habibi begitu mencintai Ainun
Aku pun begitu mencintai Ainul
Do'aku, agar selalu bisa bersama Ainul
Layaknya kebersamaan Habibi dan Ainun

Sayang... sudah 18 bulan kita bersama - sama mengarungi perahu pernikahan. Ombak tenang dan ombak yang berguncang pun kerap menghatam perahu kita. Perahu kita sempat oleng di terpa badai permasalah. Namun, Allah sudah menyelematkan kita bahkan menambahkan penumpang dalam perahu kita. Putri cantik nan shalehah itu adalah hadiah Allah.

Sayang... Kamu tidak perlu bertanya sudah berapa banyak hati yang aku lalui sebelum berhenti di kamu. Berapa banyak tatap mata yang membuat aku merasa, “Ini akhirnya, aku siap menepi dan membangun masa depan bersama.” Atau sudah berapa banyak pintu yang aku putar kenopnya, melirik sedikit ke dalamnya kemudian memilih tidak memasukinya karena ternyata tidak nyaman terasa.

Namun dengan kamu, saat bertemu kamu, ada desiran kenyaman dalam hati serta keyakinan yang aku pun tak tau bagaimana bisa itu terjadi. Mungkin inilah jalan Allah yang sudah direncanakannya? Mungkin inilah seseorang yang Allah pilih untuk menjadi "Mata dan Cahaya" bagiku dan anak - anak kami dalam dunia? Pertanyaan itu yang selalu terpikirkan olehku.

Dalam keyakinan dan kebimbangan hatiku kepadamu, Allah-lah yang menjadi pengaduanku. Sujud shalatku dan lirihan do'a dalam qiyamul lail, terus berusah meyakinkanku akan dirimu. Sampai pada saatnya, aku benar - benar yakin ketika kamu dengan gentle mempertanggung jawabkan perasaanmu. Kamu datang kepada waliku untuk memintaku dengan baik. Dan itulah seharusnya yang memang agama ajarkan.

Aku melting yaaang saat itu. Aku menjadi sangat yakin ketika restu orangtuaku mengalir bersama do'a - do'a mereka. Dimata mereka pun kamu laki - laki yang baik dan mereka percaya bahwa kamu yang terbaik untuk anaknya, untuk cucunya.

Sayangku... Imamku... Ainul-ku... Aku tau, aku masih jauh dari istri yang sempurna dan masih terus selalu belajar untuk menjadi istri yang kau inginkan agar kau tak lagi tergoda oleh wanita lain selain aku, istrimu, istri halalmu. Saat ini, aku pun harus belajar untuk menjadi ibu yang baik untuk anak kita. Tetapi untuk itu,  aku membutuhkanmu. Aku butuh bimbinganmu, aku butuh dukunganmu dan terpenting aku butuh do'a darimu.

Suamiku.... Pintu syurgaku... Tetaplah setia denganku, tetaplah dampingi kami, aku dan anakmu. Janganlah kamu mencoba memasuki orang lain dalam keluarga kita ya yaaang.. Sudah cukup, kekhilafanmu. Walau Allah menjanjikan syurga bila aku ikhlas namun bukan syurga itu yang aku rindukan.


Sayang... Biarkan hanya aku yang selalu mengecup mata lelahmu. Biarkan hanya aku yang mengusap sayang punggungmu. Membiarkanmu memanjat tubuh atau menggelitik pinggang demi menunjukkan rasa sayangmu. Biarkan hanya aku yang mendampingimu untuk membangun keluarga sakinah, mawaddah warrahmah. Biarkan hanya aku yang menjadi tempat pulang ternyamanmu. 

Biarkan hanya aku yang menjadi rumahmu ketika kamu lelah di luar sana. Rumah bagi tawamu yang pecah karena bahagia. Rumah bagi dukamu saat mereka yang tak lagi bersamamu. Rumah bagi tanyamu ketika sudah tak ada lagi yang menjawabmu. Rumah bagi sakitmu ketika lukisan yang ternyata tak seindah bayangan.

Suamiku....  Saat ini, ruang pernikahan kita semakin ramai bukan? Ketika sudah ada si kecil yang menambah kebahagian. Dampingilah kami selalu karena kami sudah menemukan kenyaman berada dekat kamu. Biarkan kami selalu bersandar di bahumu ketika kami gundah dan peluklah kami dalam dekapan ternyamanmu.

Semoga Allah selalu menjaga rumah tangga kita, keluarga kita. Karena mulai saat ini kita harus selalu berjalan bergandengan untuk menjadi orang tua yang terbaik untuk buah cinta kita. Jaga selalu hati dan cinta kami yaa suamiku..


Sincerely yours,

Istri yang senantiasa mencintaimu

NHW#3 ; Membangun Peradaban dari dalam Rumah

Asslamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh.....

Happy Friday pals.. sudah memasuki weekend lagi yaa.. Seperti biasa aku akan update NHW ku setiap weekend. Sebetulnya aku tak ingin mengerjakan ini mendekati deadline, namun apalah dayaku, baru saja buka laptop si bayi sudah meringik cari susu atau meringik ingin dikelonin bobonya. Ibu - ibu pastilah sudah tau, jika kita menyusui sambil tiduran dan kelonin ya kebablasan jugalah ya kita Ibunya, kan jadi enak.. hehehe...

Alhamdulillah dan tak terasa sekali, aku mengikuti kelas matrikulasi ini sudah hampir satu bulan berjalan. Tetapi rasanya masih butuh banyak sekali ilmu yang harus aku pelajari niih. Oya, setelah sebelumnya kita belajar tentang adab mencari ilmu dan langkah - langkah menjadi Ibu profesional, untuk materi di minggu ketiga ini kita akan membelajari bagaimana cara membangun peradaban dari dalam rumah. Kalian tahu bahwa rumah kita adalah pondasi sebuah bangunan peradaban, dimana kita berdua bersama suami, diberi amanah sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak - anak. Oleh karena itu, sebagai orang yang terpilih dan dipercaya oleh yang Maha Pemberi Amanah, sudah selayaknya kita jalankan dengan sungguh - sungguh.





Pada materi ini aku dituntut untuk menggali lebih dalam mengenai diriku, pasanganku, keluargaku, anak-anakku serta lingkungan sekitarku. Dari proses inilah nantinya diharapkan aku menjadi lebih mengenal siapa aku dan apa tujuan Allah menghadirkan aku di muka bumi. Tentunya Allah menciptakan kita dengan maksud dan tujuan tertentu, secara garis besarnya manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini. Namun masing-masing manusia pastinya diamanahi tujuan-tujuan spesifik di dalam hidupnya.

Selama ini aku pun seringkali menanyakan pada diri sendiri, mengapa aku dilahirkan, mengapa aku besar dari kedua orangtuaku, mengapa aku dipertemukan dengan suamiku, mengapa aku diamanahi Sheeva dan banyak pertanyaan mengapa lainnya. Namun aku masih kesusahan untuk mengumpulkan kepingan puzzle hingga membentuk sebuah gambaran utuh. Melalui materi ini, perlahan aku mulai bisa mengerucutkan apakah misi keluarga dan misi kehidupanku.

Berbeda dengan NHW - NHW sebelumnya, NHW#3 ini memiliki pertanyaan yang lebih spesifik untuk masing - masing peserta. Ada tiga kelompok peserta yang mendapat jenis pertanyaan, yakni; mereka yang belum menikah, yang sudah menikah dan mereka yang sedang berjuang menjadi single parent. Oleh karena aku masuk ke kelompok yang sudah menikah, maka inilah beberapa point yang harus aku renungkan dan cari jawabannya.



www.maritaningtyas.com

Merumuskan Misi Kehidupan dan Keluarga

Setelah aku dan suamiku menemukan potensi unik dari kami, kami pun berdiskusi merumuskan misi kehidupan dan keluarga kami.

Surat Cinta untuk Suami

Diawali dengan tugas pertama yaitu menuliskan surat cinta kepada suami. Duuh... tugas menukis surat cinta ini bikin revisit sweet memories kala pertama bertemu suami dan memilih dia untuk menjadi imam hidup aku. Sebetulnya, tugas ini dimaksudkan agar kami napak tilas mengapa dulu saling jatuh cinta dengan pasangan, dan bisa merasakan jatuh cinta lagi dan lagi kepada pasangan. Alhamdulillah, untuk urusan menulis surat cinta bukan hal yang sulit buat aku dan ini menjadi ajang curhat sama suami deh. Hehehe.. Maklum, aku tipe orang yang lebih suka menyatakan perasaan lewat tulisan daripada perkataan langsung.

Seingatku, terakhir kali kukirimkan surat cinta untuknya adalah beberapa bulan sebelum kami menikah. Tujuannya sih biar gak jenuh dan stress aja mempersiapkan pernikahan. Hehehe..

And, this is it.. surat cinta untuk suami; Surat Cinta Untuk Ainul(2)

Respon suami? Stay cool man.. Hahaaa... Padahal istrinya sudah berusaha merangkai kata yang indah, doi cuma senyum dan bilang "apa siih" hahaaa... Doi mah gitu orangnya tapi aku tetap cinta :p

Bagiku, menulis itu cara paling ampuh untuk berinstropeksi diri. Karena menulis melewati banyak proses berpikir, mengingat-ingat, dan menelaah. Ternyata sebagai istri banyak sekali yang belum aku penuhi.

Selama menulis surat itu, aku berpikir kembali mengapa kami dipertemukan, mengapa dia yang Allah pilihkan. Allahu Akbar, Allah memang tidak pernah salah menggariskan... dia hadir untuk melengkapi semua kekuranganku, dia hadir untuk membuatku belajar tentang penerimaan, kepercayaan, kesabaran, kemandirian, kesederhanaan dan banyak hal lainnya.

Dia mampu menjadi penyeimbang diriku yang agak egois dan tak sabaran. Dia mampu menjadi penyeimbang diriku yang terkadang terlalu manja dan kekanak - kanakan. Dia yang mampu mengajarkan aku untuk menikmati hidup dan selalu optimis. Ya, entah apa jadinya aku kalau bukan dia pasanganku.

Selesai menuliskan surat itu, aku cuma bisa kembali bersyukur telah dikaruniai pasangan yang sedemikian sabar dan dewasa. Tentu saja dia tidak sempurna, ada banyak kekurangan di dirinya, sebagaimana aku pun yang punya banyak kekurangan. Namun bukankah istri pakaian untuk suaminya, dan suami merupakan pakaian untuk istrinya?


www.maritaningtyas.com


Memahami dan menemukan jawaban kenapa Allah pertemukan kami semakin memperkuat aku, bahwasannya kami pasti dapat menjadi sebuah tim yang handal untuk menjadi partner hidup serta fasilitator terbaik bagi pendidikan anak - anak kami. Kami berharap pun akan menjadi panutan yang baik untuk mereka kelak, Insyaa Allah. Kami hanya perku lebih banyak saling berkomunikasi, bertukar pikiran, bermuhasabah dan konsisten terhadap apa yang kami ajarkan dan menjadi aturan dalam keluarga kami. Bismillah Yaa Allah.. Insyaa Allah 'till Jannah... Sehidup Sesyurga. Aamiin Allohumma Aamiin.....

Mengenal Anak

Aku adalah new mom, pengalaman menjadi Ibu belumlah expret. Anakku saja baru satu dan usianya pun baru 3 bulan. Pastilah banyak hal yang harus aku kenali mengenai anak aku dan pastinya aku akan mengenali dia berbagai hal dalam kehidupan ini.

Sheeva Mikayla Khairunnisa (Sheeva) - dilahirkan tiga bulan yang lalu. Alhamdulillah dilahirkan melalui persalinan normal. Sheeva adalah anak pertama sama kaya aku, mamahnya. Kalau ada yang bilang anak pertama itu istimewa, aku setuju. Kami menunggu kehadiran Sheeva setelah enam bulan usia pernikahan kami. Saat akhirnya bisa memeluk tubuh mungilnya, aku dan suami merasa lengkap. Bahkan dengan segala history penyakitku, kami saat itu ikhlas kalau memang Allah menunda untuk memberikan kami amanah yakni Sheeva.

Saat ini Sheeva sedang belajar miring dan tengkurap. Dia juga lagi senang mengenal orang lain selain Apih sama Maminya, mengenal warna dan suara. Sebagaimana nama yang kami sematkan padanya; Sheeva Mikayla Khairunnisa. Kami berharap ia tumbuh menjadi wanita yang cantik dan memposana baik hati maupun budi. Sheeva ini anak yang ramah, murah senyum dan manis budi. Jika di sapa orang ia akan memberikan senyuman termanisnya, tapi kalau lagi gak crunchy yaa.. hehhe..

Jika ditanya apa sih potensi yang sudah terlihat pada Sheeva? Belum terlalu terlihat karena Sheeva masih tiga bulan, jadi aku harus lebih mengenalnya. Namun, jika diperhatikan Sheeva ini senang sekali bermain air, jika sudah berada di air dia bisa anteng malah kalau diangkat dari air dia menangis. Mungkin dia mau jadi atlit renang yaa.. Do'akan yaaa pals. Aamiin Allohumma Aamiin..

Sheeva menurutku adalah anak yang disiplin, dia harus on time jika minta ASI. Sheeva juga selalu terukur waktu ngASI-nya. Waktu Sheeva baru lahir, aku tak pernah capek untuk membangunkan Sheeva seperdua jam karna dia akan bangun sendirinya. Namun dengan begitu aku harus tetap menfasilitator Sheeva untuk menggali potensi kelak. Karna pasti semakin bertumbuh usianya akan semakin terlihat potensi pada dirinya.

Dari  Sheeva aku belajar secara langsung bahwasanya anak-anak memang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Rasa ingin tahu, semangat belajar yang tinggi, bibit kemandirian, pintar, pantang menyerah, dan rajin karba bahwasanya mereka adalah makhluk Allah - semuanya sudah terinstall di dalam diri mereka. Sebenarnya aku dan Apihnya cuma tinggal menjaga fitrah, memfasilitasi dan mengarahkannya.

Aku percaya, anak-anakku dipercayakan kepadaku oleh Allah bukan tanpa sebab, Allah memilihku sebagai ibu dari Sheeva pasti ada alasan besar. Setidaknya aku tahu, akulah yang paling mengenal karakter anak-anakku dan bisa menjadi sahabat untuk mereka menemukan potensinya.

Mengenal Diri Sendiri


www.maritaningtyas.com

Jika aku ditanyakan "seberapa dekatkah kamu dengan dirimu?" Aku mah suka bingung jawabnya. Terkadang aku lebih mudah untuk menemukan kekuranganku dibanding dengan potensiku. Oleh karna itu, aku selalu tertarik belajar dan mendapat ilmu baru serta mengikuti komunitas seperti IIP ini. Kalau tidak karena IIP dan sampai tahap kelas matrikulasi yang sedang aku ikuti ini mungkin aku juga tidak berusaha tahu tentang potensi yang ku miliki.

Pada dasarnya aku suka membaca walau bacaannya itu novel kisah romantis gitu tapi aku juga sangat tertarik dengan ilmu-ilmu seperti psikologi, ilmu tentang bisnis, ilmu menjadi pengusaha. Karena aku lulusan sarjana psikologi, aku begitu tertarik untuk membuka jasa konseling. Karena menurutku, aku ini senang menjadi teman curhatnya teman - temanku. Namun untuk menggapai gelar psikolog aku haruslah kuliaj lagi selama dua tahun. Bukan aku tak mau, tetapi ketika sudah memiliki Sheeva aku ingi fokus terlebih dahulu menjadi seorang "Ibu" 

Aku orang yang sangat senang sekali jika aku dapat membantu orang sekitarku. Aku ini fleksibel dalam berbagai hal. Bekerja pun seperti itu. Aku bekerja dengan orang lain hayuk, kerja sendiri pun no problemo. Membaur dengan sekumpulan orang, hayuk. Akan tetapi, aku kurang begitu suka memulai pembicaraan terlebih dahulu, namun saat ada yang mengulurkan pertemanan, aku akan sangat antusias menyambutnya. Dan ketika sudah kenal dekat, aku bisa sangat hafal apa-apa saja kesukaan temanku, dan kapan ulang tahunnya serta aku akan sangat perhatian dengan dia. 

Aku suka mendengarkan orang lain bercerita tentang hidup mereka, entah itu teman sebayaku atau orang yang lebih tua dariku. Karna bagiku, aku dapat belajar banyak hal, juga belajar menyikapi bagaimana ketika masalah yang sama hadir dalam kehidupanku. Aku juga dengan senang hati memberikan solusi jika memang diminta.

I just love learning dan aku ini willingg to be lear n kalau dalam menyerap ilmu. Terutama jika itu bisa meningkatkan kualitas diriku. Aku tidak ingin berada di titik yang sama setiap harinya, aku haus belajar dan ingin bisa lebih baik lagi, dalam segala hal di kehidupanku. 

Ilmu itu akan menguap jika tidak diamalkan dan dibagikan. Oleh karenanya, apabila aku mendapatkan kesempatan untuk berbagi atas secuil ilmu atau informasi yang aku miliki, apalagi ilmu tersebut bermanfaat untuk sekitarku, aku akan senang sekali. Aku ini senang berorganisasi dan mengikuti segala kegiatan yang bermanfaat untuk sosialisasi diri sendiri.

Mengenal Lingkungan dan Komunitas

Sejak menikah 2016 lalu, aku diboyong suamiku untuk tinggal bersamanya. Kebetulan suami tinggal dan kerja di pulau Kalimantan, so aku harus pindah dan stay di sana. Aku harus kembali membuka jalan untuk bersosialisasi dengan lingkungan baru padahal aku ini orang yang agak sulit berbaur dengan orang - orang baru.

Asing bagiku, banyak yang harus aku perbaiki dan pelajari dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarku. Aku kadang banyak down-nya karna orang baru disekitarku tak sesuai dengan harapanku. Namun aku nyaman karna di tempat tinggal baruku ini kemana-kemana dekat dan tak macet. Nah... Untuk mengisi kehampaan aku di lingkungan baru, aku mulai mengenal beberapa komunitas, diantaranya Rumbel Menulis dan Institut Ibu Profesional.

Aku mulai mempertanyakan maksud Allah mempertemukanku dengan teman-temanku saat ini, dan kontribusi apa yang bisa aku berikan kepada lingkungan tempat tinggalku. Ke depannya dengan jaringan pertemanan yang aku miliki, aku berharap dapat menularkan ilmu - ilmu yang aku pelajari, diantaranya ; parenting dan psikologi. Miris sekali jika melihat para remaja yangasih berseragam terlibat tauran, membolos sekolah bahkan sampai ada yang mabuk dan mengkonsumsi NARKOBA. Aku juga miris melihat anak-anak balita yang terkadang masih keluar rumah dengan baju minim dan perhiasan yang berlebihan, mengganti baju di luar rumah, menganggap anak-anak kecil berkelahi dan saling memukul itu wajar, remaja-remaja yang khusyuk dengan gadget dan game.

It takes a village to raise a child

Ya, membutuhkan satu kampung untuk membesarkan seorang anak. Ketika orang tuanya agak cuek, masyarakat sekitar cuek, negara cuek, jangan heran kalau generasi muda negeri ini mulai terkikis iman, akhlak dan semangat belajarnya. Harus ada yang mau bergerak untuk perlahan membenahi, harus ada yang mau repot untuk mengurusi anak orang lain, karena sesungguhnya dengan mengurusi anak orang lain secara tidak langsung kita mengurusi anak-anak kita sendiri dengan membangunkan tempat bergaul yang ideal bagi mereka.

Bismillahirrahmanirrahim.. meskipun masih samar aku mulai menemukan apa misi kehidupan dan keluargaku di dunia ini. Semoga aku bisa menerjemahkan kehendak Allah dengan baik dan bisa membangun peradaban dari dalam rumah, serta memberikan kontribusi kepada masyarakat di sekitar aku tinggal. Tentu saja dengan tujuan untuk menggapai ridho Allah SWT. Aamiin Allohumma Aamiin.


Alhamdulillah yaaa selesai juga NHW#3 ini. Walau dengan curhatan-curhatan ibu dastera. Ini, tetapi semoga saja bisa menjadi motivasi teman - teman juga untuk menemukan misi spesifik dalam keluarganya. Gimana guys, kapan kita curhat? Hehhee...

Wassalammu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.






Dia adalah Hadiah Tuhan

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ ﴿٤٩...