Asslamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh.....
Happy Friday pals.. sudah memasuki weekend lagi yaa.. Seperti biasa aku akan update NHW ku setiap weekend. Sebetulnya aku tak ingin mengerjakan ini mendekati deadline, namun apalah dayaku, baru saja buka laptop si bayi sudah meringik cari susu atau meringik ingin dikelonin bobonya. Ibu - ibu pastilah sudah tau, jika kita menyusui sambil tiduran dan kelonin ya kebablasan jugalah ya kita Ibunya, kan jadi enak.. hehehe...
Alhamdulillah dan tak terasa sekali, aku mengikuti kelas matrikulasi ini sudah hampir satu bulan berjalan. Tetapi rasanya masih butuh banyak sekali ilmu yang harus aku pelajari niih. Oya, setelah sebelumnya kita belajar tentang adab mencari ilmu dan langkah - langkah menjadi Ibu profesional, untuk materi di minggu ketiga ini kita akan membelajari bagaimana cara membangun peradaban dari dalam rumah. Kalian tahu bahwa rumah kita adalah pondasi sebuah bangunan peradaban, dimana kita berdua bersama suami, diberi amanah sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak - anak. Oleh karena itu, sebagai orang yang terpilih dan dipercaya oleh yang Maha Pemberi Amanah, sudah selayaknya kita jalankan dengan sungguh - sungguh.
Pada materi ini aku dituntut untuk menggali lebih dalam mengenai diriku, pasanganku, keluargaku, anak-anakku serta lingkungan sekitarku. Dari proses inilah nantinya diharapkan aku menjadi lebih mengenal siapa aku dan apa tujuan Allah menghadirkan aku di muka bumi. Tentunya Allah menciptakan kita dengan maksud dan tujuan tertentu, secara garis besarnya manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi ini. Namun masing-masing manusia pastinya diamanahi tujuan-tujuan spesifik di dalam hidupnya.
Selama ini aku pun seringkali menanyakan pada diri sendiri, mengapa aku dilahirkan, mengapa aku besar dari kedua orangtuaku, mengapa aku dipertemukan dengan suamiku, mengapa aku diamanahi Sheeva dan banyak pertanyaan mengapa lainnya. Namun aku masih kesusahan untuk mengumpulkan kepingan puzzle hingga membentuk sebuah gambaran utuh. Melalui materi ini, perlahan aku mulai bisa mengerucutkan apakah misi keluarga dan misi kehidupanku.
Berbeda dengan NHW - NHW sebelumnya, NHW#3 ini memiliki pertanyaan yang lebih spesifik untuk masing - masing peserta. Ada tiga kelompok peserta yang mendapat jenis pertanyaan, yakni; mereka yang belum menikah, yang sudah menikah dan mereka yang sedang berjuang menjadi single parent. Oleh karena aku masuk ke kelompok yang sudah menikah, maka inilah beberapa point yang harus aku renungkan dan cari jawabannya.
![]() |
www.maritaningtyas.com |
Merumuskan Misi Kehidupan dan Keluarga
Setelah aku dan suamiku menemukan potensi unik dari kami, kami pun berdiskusi merumuskan misi kehidupan dan keluarga kami.
Surat Cinta untuk Suami
Diawali dengan tugas pertama yaitu menuliskan surat cinta kepada suami. Duuh... tugas menukis surat cinta ini bikin revisit sweet memories kala pertama bertemu suami dan memilih dia untuk menjadi imam hidup aku. Sebetulnya, tugas ini dimaksudkan agar kami napak tilas mengapa dulu saling jatuh cinta dengan pasangan, dan bisa merasakan jatuh cinta lagi dan lagi kepada pasangan. Alhamdulillah, untuk urusan menulis surat cinta bukan hal yang sulit buat aku dan ini menjadi ajang curhat sama suami deh. Hehehe.. Maklum, aku tipe orang yang lebih suka menyatakan perasaan lewat tulisan daripada perkataan langsung.
Seingatku, terakhir kali kukirimkan surat cinta untuknya adalah beberapa bulan sebelum kami menikah. Tujuannya sih biar gak jenuh dan stress aja mempersiapkan pernikahan. Hehehe..
And, this is it.. surat cinta untuk suami; Surat Cinta Untuk Ainul(2)
Respon suami? Stay cool man.. Hahaaa... Padahal istrinya sudah berusaha merangkai kata yang indah, doi cuma senyum dan bilang "apa siih" hahaaa... Doi mah gitu orangnya tapi aku tetap cinta :p
Bagiku, menulis itu cara paling ampuh untuk berinstropeksi diri. Karena menulis melewati banyak proses berpikir, mengingat-ingat, dan menelaah. Ternyata sebagai istri banyak sekali yang belum aku penuhi.
Selama menulis surat itu, aku berpikir kembali mengapa kami dipertemukan, mengapa dia yang Allah pilihkan. Allahu Akbar, Allah memang tidak pernah salah menggariskan... dia hadir untuk melengkapi semua kekuranganku, dia hadir untuk membuatku belajar tentang penerimaan, kepercayaan, kesabaran, kemandirian, kesederhanaan dan banyak hal lainnya.
Dia mampu menjadi penyeimbang diriku yang agak egois dan tak sabaran. Dia mampu menjadi penyeimbang diriku yang terkadang terlalu manja dan kekanak - kanakan. Dia yang mampu mengajarkan aku untuk menikmati hidup dan selalu optimis. Ya, entah apa jadinya aku kalau bukan dia pasanganku.
Selesai menuliskan surat itu, aku cuma bisa kembali bersyukur telah dikaruniai pasangan yang sedemikian sabar dan dewasa. Tentu saja dia tidak sempurna, ada banyak kekurangan di dirinya, sebagaimana aku pun yang punya banyak kekurangan. Namun bukankah istri pakaian untuk suaminya, dan suami merupakan pakaian untuk istrinya?
![]() |
www.maritaningtyas.com |
Memahami dan menemukan jawaban kenapa Allah pertemukan kami semakin memperkuat aku, bahwasannya kami pasti dapat menjadi sebuah tim yang handal untuk menjadi partner hidup serta fasilitator terbaik bagi pendidikan anak - anak kami. Kami berharap pun akan menjadi panutan yang baik untuk mereka kelak, Insyaa Allah. Kami hanya perku lebih banyak saling berkomunikasi, bertukar pikiran, bermuhasabah dan konsisten terhadap apa yang kami ajarkan dan menjadi aturan dalam keluarga kami. Bismillah Yaa Allah.. Insyaa Allah 'till Jannah... Sehidup Sesyurga. Aamiin Allohumma Aamiin.....
Mengenal Anak
Aku adalah new mom, pengalaman menjadi Ibu belumlah expret. Anakku saja baru satu dan usianya pun baru 3 bulan. Pastilah banyak hal yang harus aku kenali mengenai anak aku dan pastinya aku akan mengenali dia berbagai hal dalam kehidupan ini.
Sheeva Mikayla Khairunnisa (Sheeva) - dilahirkan tiga bulan yang lalu. Alhamdulillah dilahirkan melalui persalinan normal. Sheeva adalah anak pertama sama kaya aku, mamahnya. Kalau ada yang bilang anak pertama itu istimewa, aku setuju. Kami menunggu kehadiran Sheeva setelah enam bulan usia pernikahan kami. Saat akhirnya bisa memeluk tubuh mungilnya, aku dan suami merasa lengkap. Bahkan dengan segala history penyakitku, kami saat itu ikhlas kalau memang Allah menunda untuk memberikan kami amanah yakni Sheeva.
Saat ini Sheeva sedang belajar miring dan tengkurap. Dia juga lagi senang mengenal orang lain selain Apih sama Maminya, mengenal warna dan suara. Sebagaimana nama yang kami sematkan padanya; Sheeva Mikayla Khairunnisa. Kami berharap ia tumbuh menjadi wanita yang cantik dan memposana baik hati maupun budi. Sheeva ini anak yang ramah, murah senyum dan manis budi. Jika di sapa orang ia akan memberikan senyuman termanisnya, tapi kalau lagi gak crunchy yaa.. hehhe..
Jika ditanya apa sih potensi yang sudah terlihat pada Sheeva? Belum terlalu terlihat karena Sheeva masih tiga bulan, jadi aku harus lebih mengenalnya. Namun, jika diperhatikan Sheeva ini senang sekali bermain air, jika sudah berada di air dia bisa anteng malah kalau diangkat dari air dia menangis. Mungkin dia mau jadi atlit renang yaa.. Do'akan yaaa pals. Aamiin Allohumma Aamiin..
Sheeva menurutku adalah anak yang disiplin, dia harus on time jika minta ASI. Sheeva juga selalu terukur waktu ngASI-nya. Waktu Sheeva baru lahir, aku tak pernah capek untuk membangunkan Sheeva seperdua jam karna dia akan bangun sendirinya. Namun dengan begitu aku harus tetap menfasilitator Sheeva untuk menggali potensi kelak. Karna pasti semakin bertumbuh usianya akan semakin terlihat potensi pada dirinya.
Dari Sheeva aku belajar secara langsung bahwasanya anak-anak memang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Rasa ingin tahu, semangat belajar yang tinggi, bibit kemandirian, pintar, pantang menyerah, dan rajin karba bahwasanya mereka adalah makhluk Allah - semuanya sudah terinstall di dalam diri mereka. Sebenarnya aku dan Apihnya cuma tinggal menjaga fitrah, memfasilitasi dan mengarahkannya.
Aku percaya, anak-anakku dipercayakan kepadaku oleh Allah bukan tanpa sebab, Allah memilihku sebagai ibu dari Sheeva pasti ada alasan besar. Setidaknya aku tahu, akulah yang paling mengenal karakter anak-anakku dan bisa menjadi sahabat untuk mereka menemukan potensinya.
Mengenal Diri Sendiri
![]() |
www.maritaningtyas.com |
Jika aku ditanyakan "seberapa dekatkah kamu dengan dirimu?" Aku mah suka bingung jawabnya. Terkadang aku lebih mudah untuk menemukan kekuranganku dibanding dengan potensiku. Oleh karna itu, aku selalu tertarik belajar dan mendapat ilmu baru serta mengikuti komunitas seperti IIP ini. Kalau tidak karena IIP dan sampai tahap kelas matrikulasi yang sedang aku ikuti ini mungkin aku juga tidak berusaha tahu tentang potensi yang ku miliki.
Pada dasarnya aku suka membaca walau bacaannya itu novel kisah romantis gitu tapi aku juga sangat tertarik dengan ilmu-ilmu seperti psikologi, ilmu tentang bisnis, ilmu menjadi pengusaha. Karena aku lulusan sarjana psikologi, aku begitu tertarik untuk membuka jasa konseling. Karena menurutku, aku ini senang menjadi teman curhatnya teman - temanku. Namun untuk menggapai gelar psikolog aku haruslah kuliaj lagi selama dua tahun. Bukan aku tak mau, tetapi ketika sudah memiliki Sheeva aku ingi fokus terlebih dahulu menjadi seorang "Ibu"
Aku orang yang sangat senang sekali jika aku dapat membantu orang sekitarku. Aku ini fleksibel dalam berbagai hal. Bekerja pun seperti itu. Aku bekerja dengan orang lain hayuk, kerja sendiri pun no problemo. Membaur dengan sekumpulan orang, hayuk. Akan tetapi, aku kurang begitu suka memulai pembicaraan terlebih dahulu, namun saat ada yang mengulurkan pertemanan, aku akan sangat antusias menyambutnya. Dan ketika sudah kenal dekat, aku bisa sangat hafal apa-apa saja kesukaan temanku, dan kapan ulang tahunnya serta aku akan sangat perhatian dengan dia.
Aku suka mendengarkan orang lain bercerita tentang hidup mereka, entah itu teman sebayaku atau orang yang lebih tua dariku. Karna bagiku, aku dapat belajar banyak hal, juga belajar menyikapi bagaimana ketika masalah yang sama hadir dalam kehidupanku. Aku juga dengan senang hati memberikan solusi jika memang diminta.
I just love learning dan aku ini willingg to be lear n kalau dalam menyerap ilmu. Terutama jika itu bisa meningkatkan kualitas diriku. Aku tidak ingin berada di titik yang sama setiap harinya, aku haus belajar dan ingin bisa lebih baik lagi, dalam segala hal di kehidupanku.
Ilmu itu akan menguap jika tidak diamalkan dan dibagikan. Oleh karenanya, apabila aku mendapatkan kesempatan untuk berbagi atas secuil ilmu atau informasi yang aku miliki, apalagi ilmu tersebut bermanfaat untuk sekitarku, aku akan senang sekali. Aku ini senang berorganisasi dan mengikuti segala kegiatan yang bermanfaat untuk sosialisasi diri sendiri.
Mengenal Lingkungan dan Komunitas
Sejak menikah 2016 lalu, aku diboyong suamiku untuk tinggal bersamanya. Kebetulan suami tinggal dan kerja di pulau Kalimantan, so aku harus pindah dan stay di sana. Aku harus kembali membuka jalan untuk bersosialisasi dengan lingkungan baru padahal aku ini orang yang agak sulit berbaur dengan orang - orang baru.
Asing bagiku, banyak yang harus aku perbaiki dan pelajari dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarku. Aku kadang banyak down-nya karna orang baru disekitarku tak sesuai dengan harapanku. Namun aku nyaman karna di tempat tinggal baruku ini kemana-kemana dekat dan tak macet. Nah... Untuk mengisi kehampaan aku di lingkungan baru, aku mulai mengenal beberapa komunitas, diantaranya Rumbel Menulis dan Institut Ibu Profesional.
Aku mulai mempertanyakan maksud Allah mempertemukanku dengan teman-temanku saat ini, dan kontribusi apa yang bisa aku berikan kepada lingkungan tempat tinggalku. Ke depannya dengan jaringan pertemanan yang aku miliki, aku berharap dapat menularkan ilmu - ilmu yang aku pelajari, diantaranya ; parenting dan psikologi. Miris sekali jika melihat para remaja yangasih berseragam terlibat tauran, membolos sekolah bahkan sampai ada yang mabuk dan mengkonsumsi NARKOBA. Aku juga miris melihat anak-anak balita yang terkadang masih keluar rumah dengan baju minim dan perhiasan yang berlebihan, mengganti baju di luar rumah, menganggap anak-anak kecil berkelahi dan saling memukul itu wajar, remaja-remaja yang khusyuk dengan gadget dan game.
It takes a village to raise a child
Ya, membutuhkan satu kampung untuk membesarkan seorang anak. Ketika orang tuanya agak cuek, masyarakat sekitar cuek, negara cuek, jangan heran kalau generasi muda negeri ini mulai terkikis iman, akhlak dan semangat belajarnya. Harus ada yang mau bergerak untuk perlahan membenahi, harus ada yang mau repot untuk mengurusi anak orang lain, karena sesungguhnya dengan mengurusi anak orang lain secara tidak langsung kita mengurusi anak-anak kita sendiri dengan membangunkan tempat bergaul yang ideal bagi mereka.
Bismillahirrahmanirrahim.. meskipun masih samar aku mulai menemukan apa misi kehidupan dan keluargaku di dunia ini. Semoga aku bisa menerjemahkan kehendak Allah dengan baik dan bisa membangun peradaban dari dalam rumah, serta memberikan kontribusi kepada masyarakat di sekitar aku tinggal. Tentu saja dengan tujuan untuk menggapai ridho Allah SWT. Aamiin Allohumma Aamiin.
Alhamdulillah yaaa selesai juga NHW#3 ini. Walau dengan curhatan-curhatan ibu dastera. Ini, tetapi semoga saja bisa menjadi motivasi teman - teman juga untuk menemukan misi spesifik dalam keluarganya. Gimana guys, kapan kita curhat? Hehhee...
Wassalammu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Masya Allah, bergetar saya membacanya. Semoga Allah selalu mencurahkan sakinah, mawaddah dan warahmah untuk keluarga kita. Allohuma Aamiin.
BalasHapusAamiin Yaa Allah.. Hatur nuhun Teteh 🙏🙏😍
Hapus