Hallo Haii... Ketemu lagi dengan catatan-catatan dari tangan perempuan yang sedang belajar untuk menjadi seorang perempuan, istri, ibu, anak, menantu, kakak dan masyarakat yang baik dan terbaik. Alhamdulillah guys, sekarang sudah masuk materi keenam yaitu tentang "Ibu Manajer Handal Keluarga." Woww... materinya makin minggu makin menarik dan menjadi bahan instropeksi diri loh guys.
"Ibu Manajer Handal Keluarga", kalimat tersebut membuat aku bertanya pada diri sendiri, apakah benar selama aku menjadi Ibu, aku sudah menjadi manajer yang handal? Sudah menjadi Ibu Rumah Tangga panutan keluarga dan masyarakat? Uggh.. pertanyaan itu mengelilingi otakku, sebab yang aku tau selama ini aku cenderung menjalani rutinitasku sebagai seorang ibu rumah tangga ya ngalir aja. Hanya sekedar mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, membersihkan seluruh isi rumah. Aku mau sedikit cerita yaa tentang materi keenam yang bikin aku berkaca akan diri sendiri berkali-kali. Semoga bermanfaat ya, guys.
Selama ini kita sering mengkotak-kotakkan bahkan membandingkan peran wanita ke dalam dua hal; ibu rumah tangga dan ibu bekerja. Ibu rumah tangga mengacu untuk ibu yang bekerja di ranah domestik, sedangkan ibu bekerja mengacu pada para ibu yang bekerja di ranah publik. Nah, ketika kita tau ada dua peran wanita tersebut, tak jarang debat panjang mempertentangkan antara lebih baik mana antara ibu rumah tangga dan ibu bekerja pun seakan-akan tak pernah habis. Padahal mau jadi ibu rumah tangga ataupun jadi ibu bekerja, sejatinya semua ibu adalah ibu bekerja yang wajib professional menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik. Apapun yang kita pilih, entah itu memilih sebagai ibu bekerja di ranah domestik ataupun publik, cuma ada satu syarat yang sama, yaitu kita harus “SELESAI” dengan manajemen rumah tangga kita.
Maksudnya selesai? Tentu saja kita harus memiliki rasa segala aktivitas di rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun. Sehingga bagi yang memilih sebagai ibu bekerja di ranah domestik, akan menjadi profesional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Begitu pula dengan ibu bekerja di ranah publik, tidak akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan kita di ranah domestik.
Untuk mencari tahu apakah kita sudah selesai atau belum dengan manajemen rumah tangga kita, kita perlu jujur sama diri sendiri. Selama ini apa motivasi kita bekerja?
- Apakah masih ASAL KERJA, hanya untuk menggugurkan kewajiban?
- Apakah didasari sebuah KOMPETISI sehingga selalu ingin bersaing dengan orang/ keluarga lain?
- Apakah karena PANGGILAN HATI sehingga kita merasa ini bagian dari peran kita sebagai Khalifah?
Dasar-dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita.
- Kalau kita masih “ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, kita akan menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.
- Kalau kita bekerja didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi kita akan stress, tidak suka melihat keluarga lain sukses.
- Kalau kita bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi kita akan sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa MENGELUH.
So, kalian sudah sampai di titik mana dalam bekerja? Baik bekerja di ranah publik maupun domestik. Hmmm... Kalau aku, untuk urusan shopping dan travelling, aku sudah mencapai "PANGGILAN HATI", hahaha.. semua wanita keleus yaa bu Ibu ini mah:p Jujur aja ya, ketika bicara ranah domestik alias pekerjaan rumah tangga, aku masih sering di level "ASAL KERJA." Masih sering memasak, membersihkan rumah ya sekedarnya untuk menuntaskan kewajiban, bukan untuk dinikmati. Alhamdulillah dengan ketemu materi keenam kelas matrikulasi ini aku kembali diingatkan untuk MENIKMATI semua peranku, tidak hanya di urusan kesenangan shopping dan travellingnya, namun juga sebagai seorang ibu dan istri. In Syaa Allah, semoga aku bisa terus memperbaiki diri yaa. Mohon do'anya :)
Kalau ngomongin tentang menikmati peran, peran seorang ibu itu sejatinya adalah seorang manager keluarga, dan bukan sekedar karyawan rumah tangga. Memang apa bedanya? Beda dong. Coba tuh kita lihat kalau di kantor-kantor, apa kerjaannya karyawan dan apa kerjaannya manager? Beda kan?
Manager itu lebih ke mengatur dan mengorganisasi pekerjaan agar lebih rapi, lebih cepat selesai dengan hasil yang lebih maksimal. Manager pastinya tidak selalu turun tangan, namun bisa mendelegasikan tugas ke karyawannya. Sedangkan karyawan jelas tugasnya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang diberikan manager. Intinya manager itu giving command, sedangkan karyawan doing the command.
Nah.. pasti kalian bingung kan? Gimana sih caranya agar peran kita sebagai manajer keluarga lebih maksimal? Inilah saatnya bersikap dan berpikir selayaknya seorang manager. Silahkan ikuti cara-cara berikut ya;
- Hargai diri kita sebagai manager keluarga, pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas kita sebagai manager keluarga. Yuph, meski mungkin pekerjaan kita di rumah hanya nyapu, ngepel, masak dan momong anak, ternyata memperhatikan penampilan itu perlu lo. Bahkan perbedaan pakaian bisa meningkatkan produktivitas dan menambah percaya diri. Iih, ribet kali masa mau ngepel pakai blazer. Ya, nggak gitu juga kali... Kalaupun memang daster adalah pilihan pakaian yang paling nyaman, pilih daster yang eye catching, yang warnanya masih cerah dan nggak kusam, apalagi bolong-bolong. #SelfPlak... Padahal menurutku, daster yang makin kusam itu makin adem yee, benarkan buibu?hehe. Lupakan pembenaran ini! Dan meskipun di rumah, sapukan bedak dan sedikit lipstick biar segar, suami dan anak juga pasti lebih senang lihatnya.
- Rencanakan segala aktivitas yang akan kita kerjakan baik di rumah maupun di ranah publik dan PATUHI rencana tersebut.
- Buatlah skala prioritas. Ini penting banget ya. Dalam sehari pasti ada aja yang harus dikerjakan, tapi kita wajib bikin skala prioritas biar kita bisa mengatur mana yang lebih penting untuk dikerjakan lebih dulu. Dengan skala prioritas ini, kita bisa jauh lebih teratur dan nggak grambyang habis ini mau apa, terus ngapain lagi dan seterusnya.
- Bangun komitmen dan konsistensi kita dalam menjalankannya. Yuph, istiqomah memang rajanya tantangan. Pernah baca di sebuah artikel parenting, kalau mau membiasakan diri dengan sesuatu yang baru, lakukan hal itu setidaknya selama 40 hari berturut-turut agar menjadi kebiasaan permanen.
Menaklukan Tantangan
Setiap peranan itu pastilah memiliki tantang, setuju gak guys? Sekalipun sebagai seorang ibu, mau itu yang bekerja di ranah domestik ataupun di ranah publik, kita akan selalu dihadapkan pada satu tantangan ke tantangan lainnya. Maka ada beberapa hal yang perlu kita praktekkan, yaitu;
a) PUT FIRST THINGS FIRST
Letakkan sesuatu yang utama dan terpenting menjadi yang pertama. Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan suami. So, buatlah perencanaan sesuai skala prioritas kita hari ini. Jangan lupa untuk mengaktifkan fitur gadget sebagai organizer dan reminder kegiatan kita sehari-hari. Gadgetnya udah smart kan? Jadi pakai juga dengan smart :)
b) ONE BITE AT A TIME
Maksudnya lakukan pekerjaan setahap demi setahap, lakukan sekarang tanpa nanti dan pantang menunda, apalagi menumpuk pekerjaan.
Nah ini... aku masih suka banget nih menunda pekerjaan. Misalnya, mau menyetrika, eh ada film rame di tv, nonton tv bentaran, filmya selesai, setrikaan masih numpuk, anak bangun minta kelonan, eh ketiduran juga.. ahaha.. siapa yang ngalamanin kaya gitu bukibu? Please, jangan dicontoh. Menunda pekerjaan itu sama saja memperbanyak pekerjaan, tidak menyelesaikan.
c) DELEGATING
Delegasikan tugas, yang bisa didelegasikan, entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah tangga kita. Nah,,, tapi anakku baru satu dan masih bayi jadi belum bisa bantu-bantu, hanya bantu do'a. hehehe...
Perlu kita ingat bahwa kita adalah manager, tentu saja bukan lantas menyerahkan begitu saja tugas kita ke orang lain, tapi kita harus buat panduannya, kita latih, dan biarkan orang lain patuh pada aturan kita. Latih-percayakan-kerjakan-ditingkatkan-latih lagi-percayakan lagi-ditingkatkan lagi, begitu seterusnya
Karena pendidikan anak adalah dasar utama aktivitas seorang ibu, usahakan pilihan untuk mendelegasikan pendidikan anak ke orang lain adalah pilihan paling akhir, karena ibu adalah guru utama dan pertama anak-anaknya. Kalau aku sih sejauh ini tidak sekedar mendelegasikan untuk urusan pendidikan anak-anak, namun lebih ke memilih mencari partner yang sesuai dengan visi misi keluargaku.
Kembangkan Peranmu!
Hmmm... Karena materi "Ibu Manajer Handal Keluarga", aku jadi mempertanyakan profesionalismeku sebagai seorang ibu. Aku menikah baru dua tahun sih, makanya aku lagi ngejar dan belajar agar melewati 10.000 jam terbang, dan aku ingin menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumahtanggaan, tapi kok ya sekarang aku masih begini-begini saja? Yupsss.. itu karena selama ini aku masih SEKEDAR MENJADI IBU dan SEKEDAR ASAL KERJA belum PAKAI HATI. Ada yang mengalami hal sama sepertiku?
Buat yang berpengalaman sama denganku, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan nih ketika ingin meningkatkan kualitas diri agar tidak sekedar menjadi ibu lagi, antara lain:
- Mungkin saat ini kita adalah kasir keluarga, setiap suami gajian, terima uang, mencatat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis, tapi gajian bulan berikutnya masih panjang. Maka kita perlu meningkatkan ilmu di bidang perencanaan keuangan, sehingga sekarang bisa menjadi "manajer keuangan keluarga."
- Mungkin kita adalah seorang koki keluarga, tugasnya memasak keperluan makan keluarga. Namun masih sekedar menggugurkan kewajiban saja - bahwa ibu itu ya sudah seharusnya masak, yang akhirnya membuat kita jenuh di dapur. Maka kita perlu cari ilmu tentang manajer gizi keluarga agar terjadi perubahan peran.
- Saat anak-anak memasuki dunia sekolah, mungkin kita adalah tukang antar jemput anak sekolah. Hal ini membuat kita tidak bertambah pintar di urusan pendidikan anak, karena ternyata aktivitas rutinnya justru banyak ngobrol tidak jelas sesama ibu-ibu yang seprofesi antar jemput anak sekolah. Sudah saatnya mari kita cari ilmu tentang pendidikan anak, sehingga meningkatkan peran diri kita menjadi “manajer pendidikan anak”. Anak-anakpun bisa semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan tidak harus selalu di jalur formal.
- Evaluasi diri kita lalu temukan peran apalagi yang kita inginkan. Terus tingkatkan kemampuan diri dan jangan stuck di satu titik. Jangan sampai kita terbelenggu dengan rutinitas baik di ranah publik maupun di ranah domestik, sehingga kita sampai lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun. Akhirnya yang muncul adalah kita melakukan pengulangan aktivitas dari hari ke hari tanpa ada peningkatan kompetensi. Meskipun kita sudah menjalankan peran selama 10.000 jam lebih, tidak akan ada perubahan karena kita selalu mengulang hal-hal yang sama dari hari ke hari dan tahun ke tahun.
A Step to Be A Professional Family Manager
Dengan berupaya menjadi seorang manajer keluarga yang handal, tentunya akan dapat mempermudah kita untuk menemukan peran hidup kita dan semoga semakin mempermudah kita mendampingi anak-anak menemukan peran hidupnya.
Namun sayang, ada hal-hal yang kadang mengganggu proses kita menemukan peran hidup yaitu RUTINITAS. Menjalankan pekerjaan rutin yang tidak selesai, membuat kita merasa sibuk sehingga kadang tidak ada waktu lagi untuk beproses menemukan potensi diri kita. Maka oleh karena itu, aku akan membagikan NHW#6 ini, dan bisa diikuti tahapan-tahapan berikut ini. Tujuannya sih agar kita dapat meraih tujuan menjadi manajer keluarga yang handal dan tidak terjebak dalam rutinitas yang tidak berkembang;
A. Tuliskan 3 aktivitas yang paling penting, dan 3 aktivitas yang paling tidak penting!
Bagi diriku sendiri, dalam perjalanan hidupku selama ini, maka tiga aktivitas yang aku anggap paling penting yaitu;
*Beribadah - Ini adalah aktivitas yang paling penting karena memang tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah kepadanya sebagaimana termaktub pada Al Quran Surat Adz Dzariyat: 56; “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” Beribadah sebenarnya tidak hanya menyangkut sholat, puasa, zakat, haji, kegiatan-kegiatan sehari-hari kita pun bisa bernilai ibadah jika kita niatkan lillahita'ala. Maka sebenarnya beribadah bisa dilakukan setiap saat, tidak terbatas waktu.
*Mengurus Keluarga (anak dan suami) - Sebagai seorang ibu, tentu saja prioritas utama setelah menyelesaikan kewajiban kepada Sang Pencipta adalah anak dan suami dan ini pula adalah termasuk ibadah ya. Hal-hal yang termasuk mengurus keluarga (suami dan anak), meliputi menyediakan makanan sehat, menyiapkan pakaian yang layak, rumah yang nyaman dan teman ngobrol/ bermain yang asyik.
*Belajar dan Membaca Buku- Meski bukan kebutuhan pokok, namun aku merasa membutuhkan aktivitas ini sebagai aktualisasi diri dan meningkatkan peranku di ranah publik dan domestik. Belajar bagi ini adalah tentang belajar banyak hal, semisal saja aku sedang mengikuti kelas parenting yang cara belajarnya online menggunakan via whatsapp. Untuk membaca, aku memang gemar sekali membaca buku, bagiku membaca adalah kegiatan me time yang menyenangkan.
Selain mengobservasi tiga aktivitas terpenting, aku juga menemukan tiga aktivitas yang paling tidak penting, sebagai berikut;
*Pay Attention to Social Media too Much - Dengan alasan membunuh kebosanan aku scrolling FB dan instagram atau menonton akun gosip di youtube, hhehee.. Ketauan buibu suka gosip :p . Namun seringkali akhirnya nggak bisa mengerem diri dan malah membuang banyak waktu untuk kepo status dan memberikan komen-komen yang tidak penting di jam-jam yang harusnya bisa efektif untuk berkarya atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
*Chatting di WA Group untuk Hal-hal yang Tak Penting - Sebenarnya saat ini aku sudah sangat pilih-pilih group WA yang aku ikuti hanya yang membawa manfaat. Jika dirasa sebuah grup WA lebih banyak mudharatnya, aku akan minta ijin untuk keluar atau sekedar jadi silent reader. Namun kadang karena penasaran dengan isi chat yang terlihat seru, aku malah baca-baca dan keterusan ngobrol sampai membuang waktu yang harusnya bisa efektif untuk berkarya atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
*Nonton Film Favorite, menonton film favorite ini hanya sebagai hiburan, namun terkadang bisa menjadi sumber inspirasi. Aku pun termasuk pemilih. Aku akan nonton film yang memang ceritanya yang menarik. Aku juga sebenarnya sudah memiliki jam-jam khusus untuk menonton film favoriteku serta memiliki syarat-syarat yang harus kuikuti agar bisa lebih santai menontonnya; kerjaan rumah beres dan anak-anak sudah tidur. Namun seringkali aku terkalahkan hawa nafsu karena penasaran dengan kelanjutan ceritanya. akhirnya bisa membuang waktu yang harusnya bisa efektif untuk berkarya atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Setelah membandingkan dan mengevaluasi diri, jujur saja waktuku selama ini masih fifty-fifty antara kegiatan paling penting dan tidak penting. Padahal kan seharusnya kegiatan yang paling penting harus memiliki porsi yang lebih besar. Iya kan? Please, don't try again guys !!
That's why, untuk bisa menjadikan tiga aktivitas penting memiliki porsi yang lebih besar di dalam keseharianku, maka aku harus bisa menjadikan 3 aktivitas penting menjadi aktivitas dinamis sehari-hari. Dengan seperti itu, maka bisa memperbanyak jam terbang peran hidup diriku. Aku kudu rajin menengok NHW sebelumnya nih agar selaras mencapai tujuan.
B. Kemudian kumpulkan aktivitas rutin menjadi satu waktu, berikan “kandang waktu”, dan patuhi cut off time.
Untuk kegiatan ini, akan memudahkan kita agar lebih disiplin dan semua pekerjaan selesai, tapi kunci dalam segala hal itu adalah KOMITMEN dan KONSISTEN. Semisal kita sudah menuliskan bahwa bersih-bersih rumah itu dari jam 05.00 - 06.00, maka patuhi waktu tersebut. Agar jadwal tersebut dapat terlaksana, nggak berantakan dan bisa settle pada tempatnya, maka jangan ijinkan agenda yang tidak terencana memenuhi jadwal waktu harian anda.
Sejak menikah dan ikut suami hijrah ke pulau Kalimantan, aku dan suami tinggal bersana Ayah mertuaku dan adik iparku, kalian harus tau guys, rumah itu senua isibya cowo dan aku juga anakku yang paling cantik, karena hanya kami penghuni perempuan. Semenjak itu, segala sesuatu aku kerjakan sendiri. Yupss aku mengerjakan pekerjaan rumah hanya sendirian. Padahal semenjak single, aku tak pernah mengerjakan semua itu karena dirumah memiliki asisten rumah tangga. Hehehe.. Namun, ini adalah pembelajaran bagiku, aku jadi bisa lebih disiplin dan benar-benar bisa menjaga keluargaku, baik mulai dari makanan yang dimakan, pakaian yang dipakai bahkan tempat tinggal yang ditempati.
Setelah aku observasi dan evaluasi diri mengenai kegiatan sehari-hari, aku menyimpulkan bahwa waktu terbaik untuk melakukan pekerjaan rumah tangga adalah sebelum subuh tiba. Saat itu anakku belum bangun eh taoi kadang bangun minta susu dan setelah menyusi itu aku usahakan tidak tidur lagi. Kalau tidur lagi bisa tak selasai urusan pekerjaan rumah tanggaku apalagi kalau si kecil bangun ya gak bisa kerja apa-apa aku in, hanya bisa menyusui dan bermain bersama si kecil.
Sudah terbukti ketika aku belum menyelesaikan pekerjaan rumah tangga setelah Sheeva bangun dan Apihnya sudah berangkat kerja, aku akan sangat kesulitan mengerjakannya karena Sheeva yang sekarang sudah empat bulan sedang aktif-aktifnya belajar tengkurab dan guling-gulingan dikasur, untuk itu membutuhkan pengawasan maksimal. Jam tidur Sheeva pun semakin berkurang. Bahkan kalaupun dia tidur, dia bisa merasakan kalau aku tinggal keluar kamar.
That's why aku memutuskan jam 03.00 - 08.00 sebagai jam cuci baju, menjemur cucian, menyetrika, memasak dan bersih-bersih rumah. Jadwal ini harus aku patuhi jika nggak mau hectic di siang hari. Jadi kalaupun Sheeva tidur dan bisa ditinggal beraktivitas lain, aku bisa fokus di pekerjaan lain, semisal blogging, nimbrung di kuliah online via whatsapp ataupun updating peran diri dengan membaca serta mengaji. Aku juga bisa lebih santai sehingga tidak mudah marah ke anak saat mereka melakukan hal yang bikin sensi gegara pekerjaan rumahku belum kelar.
C. Setelah tahap di atas selesai kita tentukan. Buatlah jadwal harian yang paling mudah dikerjakan.
Berikut ini jadwal harian yang sudah aku buat biar lebih teratur dan profesional sebagai seorang ibu.
Seperti yang sudah kujelaskan di bagian B, aku sudah menentukan fixed schedule dari jam 03.00 - 08.00, di luar jam itu (jam 06.00 - 18.00) adalah jadwal dinamis. Selain fokus pada anak-anak, pada jam 6 pagi hingga jam 6 malam aku gunakan untuk memperbanyak jam terbang alias meningkatkan peran diri. Jam 6 malam hingga 9 malam saatnya menjalankan Program quality time bareng anak dan suami, meski masih belum konsisten. Lalu setelah jam 9 malam, saat anak sudah tidur, aku biasanya melakukan pekerjaan rumah yang belum selesai, misalnya menyetrika pakaian atau quality time dengan suami, kebanyakan sih curhat. hehhee..
Jadwal yang aku buat ini, akan aku amati selama satu minggu pertama, jika tidak terlaksana dengan baik, maka akan segera kurevisi. Namun jika bisa aku patuhi, aku berupaya untuk menjalankannya hingga tiga bulan ke depan agar menjadi kebiasaan baru untuk hidup yang lebih efektif dan profesional.
Jujur aku tidak ingin menjadi wonder woman atau super woman yang bisa menjalankan semuanya dalam satu waktu. Aku hanya wanita biasa yang juga punya capek, butuh me time dan kesempatan untuk aktualisasi diri di luar pekerjaan domestik. Untuk itu aku berusaha untuk melakukan upaya terbaikku dengan lebih disiplin menjalankan jadwal harian ini.
Meski begitu aku sadar sebagai seorang ibu tanpa asisten rumah tangga dan hanya aku yang paling tahu bagaimana kepribadian dan kondisi kejiwaanku, maka aku sekarang telah banyak menurunkan standar dan mengucapkan selamat tinggal pada Mrs. Perfectionist di dalam diri. Apalagi aku tidak hanya mengurus anak dan suami, namun mertua dan adik ipar pun menjadi tanggung jawabku. Dulu, awal-awal aku tinggal bersama suami, aku banyakan nangis dibanding kerja karna lelah. hehehe..
Sekarang aku lebih woles, meski aku sudah punya fixed schedule yang harus aku patuhi, ketika aku punya deadline dan ternyata mengganggu fixed schedule-ku, maka aku tidak akan menjadikan hal itu sebagai sebuah permasalahan besar. Rumah tidak harus super kinclong, yang penting rapi dan nyaman. Rumah berantakan di jam-jam dinamis karena anak sedang aktif-aktifnya tidak perlu dipermasalahkan, yang penting saat waktunya anak sudah tidur, kita dapat merapihkan kembali dan jika suami pulang kerja, rumah sudah rapi. Ketika ternyata bangun kesiangan dan nggak sempat masak hingga jam yang ditentukan, beli saja sayur matengan, yang penting anak-anak tetap terurus dan tidak terabaikan.
Alhamdulillah, suami adalah sosok laki-laki yang mau turun tangan dalam pekerjaan rumah tangga. Selain mau ikut momong bocah-bocah, biasanya urusan mengepel rumah dan menguras bak mandi adalah bagiannya. Ya, namanya juga suami istri dan sudah punya anak pula, harus mau bekerja sama dong, hehe.
Well, inilah caraku belajar menjadi manajer keluarga yang handal. How about you guys? Apa upaya terbaik kalian demi menjadi seorang manajer keluarga yang handal? Mangga di share di kolom komentar biar bisa sharing ❤
Anyway, thanks for reading and see ya in the next posts!
Anyway, thanks for reading and see ya in the next posts!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar