Minggu, 11 Maret 2018

NHW#7 ; REZEKI ITU PASTI. KEMULIAN YANG DICARI





Assalammu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Hallo gils, bagaimana weekend-nya minggu ini?Jalan-jalankah atau ada agenda dinner gitu:? Kalau aku seperti biasa di akhir minggu, akan berbagi tentang materi yang aku dapatkan dari kelas matrikulasi Institut Ibu Profesional Batch #5. Alhamdulillah, 'kuliah'ku sekarang sudah berjalan hingga minggu ketujuh. Wuuahh.. sebentar lagi kelas matrikulasi berakhir yaa... Semoga aku "Lulus" yaa, do'akan pals..

Semakin minggu, materinya makin hot deh, bikin berkaca berkali-kali. Materi kali ini, bikin aku yakin lagi bahwa keputusanku untuk full time mommy saat ini sudah tepat dan juga aku gak galau lagi kalau ada omongan orang tentang ijazah sarjanaku yang hanya jadi pajangan. Whatever you say Mak, yang jelas aku bahagia dapat membersamai anak-anakku dan mengikuti setiap tumbuh kembangnya. Anyway, minggu-minggu lalu, kami diperkenalkan tentang materi bagaimana menjadi Bunda Sayang dan Bunda Cekatan, kini saatnya kami belajar bagaimana menjadi Bunda Produktif. Materi ini diajarkan untuk lebih memahami tentang konsep produktif dan lebih mengenal apa tujuan penciptaan kita di bumi ini.

Materi ini merupakan materi favoritku sepanjang mengikuti kelas matrikulasi. Segala kegalauanku dijawab pada materi ini, karena bahwasanya produktif itu tidak harus melulu bekerja di ranah publik. Bahkan seorang ibu yang fokus di ranah domestik pun bisa menjadi lebih produktif apabilagi jika kita para Ibu bisa memberikan banyak manfaat baik di keluarga maupun masyarakat di sekitarnya, bisa dikatakan kita adalah Ibu yang produktif walau hanya fokus di ranah domestik.


Setiap Ibu harus menjadi sosok yang produktif, baik  yang memilih fokus pada ranah domestik ataupun publik. Hal itu dikarenakan, dengan produktivitas dapat menambah syukur, menegakkan taat dan berbagi manfaat.


Menjadi Bunda Produktif dengan Memahami Hakikat Rezeki

Kalian sadar gak sih, kalau kita ini seringkali menghubungkan produktivitas dengan aktivitas yang bisa menghasilkan uang atau gaji? Padahal Bunda Produktif tidak selalu dinilai dari uang, namun dari kemanfaatan yang dihasilkan.  Let's say ada orang yang bisa bergaji banyak, namun ternyata anak-anaknya tak terurus, bahkan dititipkan ke daycare, ketemu keluarga hanya di ambang jam tidur, tak punya quality time. Namun ada ibu yang tidak memiliki pendapatan sendiri, namun ia selalu mendampingi anak-anaknya belajar bahkan menjadi guru pertamanya bagi sang anak, aktif dalam kegiatan sosial dan disukai oleh para tetangga karena keramahannya. Maka mana yang lebih produktif?

Dikatakan Bunda Produktif itu jika memiliki value "bunda yang akan berikhtiar menjemput rejeki, tanpa harus meninggalkan amanah utamanya yaitu anak dan keluarga." Bahkan meskipun ia beraktivitas pula di ranah publik, ia tetap memperhatikan semua kebutuhan anak dan keluarga. Kita harus mulai mengubah orientasi kita tenatang produktif, bahwasannya produktif itu bukan semata-mata untuk mencari gaji, namun menjadikan produktif sebagai bagian dari ibadah, sedangkan rejeki itu urusanNya. Tugas kita hanya berikhtiar dengan sungguh-sungguh, masalah hasil kita pasrahkan pada Allah Subhanahuwata'ala.




Kita juga perlu memahami bahwa hakikat antara rejeki dan gaji itu berbeda. Rezeki tidak selalu terletak pada pekerjaan kita. Allah menaruh sekehendak-Nya. Antara bekerja dan rezeki, bukanlah dua hal yang selalu harus menjadi hukum sebab akibat, karena rezeki kadang perlu kita tafakuri. Rasulullah pernah bersabda bahwa "Sesungguhnya rezeki itu akan mencari seseorang dan bergerak lebih cepat daripada ajalnya." 

Imam Al Ghazali pernah mengucapkan bahwa "bisa jadi engkau tidak tau dimana rezekimu, namun rezekimu tau dimana engkau. Jika rezeki itu ada dilangit maka Allah akan turunkan, jika rezeki itu berada didalam bumi maka Allah akan perintahkan untuk muncul supaya berjumpa dengan kita."

Maka tidaklah patut kita takut akan kekurangan rezeki, apalagi jika sampai menghambakan diri pada manusia lain. Rejeki itu pasti, maka tidaklah perlu kita mengejar  sesuatu yang sudah pasti, apalagi jika sampai mengorbankan amanahNya dan melupakan ketaatan padaNya hanya demi angka-angka yang ada di struk gaji.






Jadi ingat petuah Ibu, "selama kita masih bernyawa, itu artinya masih ada rezeki buat kita. Jadi jangan takut akan kekurangan. Allah sudah mencukupkan semuanya untuk kita." Apalagi jika kita menggali lebih dalam bahwasanya rezeki itu tidak melulu soal uang, mempunyai keluarga yang samara (sakinah, mawaddah warrohmah), anak-anak yang sholih-sholihah, sehat jasmani-rohani, mempunyai ilmu yang bermanfaat dan dikelilingi sahabat-sahabat sejati juga merupakan rezeki yang luar biasa. Bukan begitu Bun?

Banyak diantara kita yang merasa galau ketika dihadapkan pada pilihan; perlukah bekerja di ranah publik? Termasuk aku yang kadang masih ingin kembali berkarir di luar rumah. Namun materi kali ini menguatkan pilihanku. Sebelum memutuskan untuk bekerja di luar rumah, kita bisa mengevaluasi dulu beberapa hal. Apa kita bekerja untuk membantu suami, apa kita bekerja untuk menyalurkan hobi, apa kita bekerja untuk mengisi waktu luang, saat kita bekerja di luar rumah adakah yang menjaga anak-anak kita, bagaimana efeknya untuk tumbuh kembang anak, bagaimana caranya menjaga kebersamaan keluarga, bagaimana mengatur kewajiban kita sebagai istri dan ibu, bagaimana caranya agar anak-anak tidak merasa kehilangan ibunya, dan masih banyak lagi hal lainnya.







Jika menjadi produktif di luar rumah akan meningkatkan kemuliaan diri, anak-anak dan keluarga, maka lanjutkan. Jika tidak, maka kuatkan dulu pilar-pilar sebagai bunda sayang dan cekatan. Jika manfaat yang kita dapatkan jauh lebih banyak ketika kita berkarir di luar rumah, maka jangan ragu. Luruskanlah niat tersebut sebagai ibadah. Tugas kita sebagai Bunda Produktif bukan untuk mengkhawatirkan rezeki keluarga, melainkan menyiapkan sebuah jawaban “Dari Mana” dan “Untuk Apa” atas setiap karunia yang diberikan untuk anak dan keluarga kita.





Ibu yang bekerja di ranah publik, bahkan ibu rumah tangga sekalipun, seringkali merasa galau, kasihan dan merasa bersalah ketika harus meninggalkan anak, entah itu untuk bekerja, belajar (mengikuti seminar atau workshop), atau melakukan me time, kalau aku tinggal masak aja sudah rindu sama anak padahal anaknya masih satu rumah. Hehehe.. Padahal sesungguhnya kita tidak perlu merasakan itu semua. Jika kita meninggalkan anak-anak untuk hal yang positif, maka jangan ragu. Anak-anak tidak harus selalu bersama ibunya kok, mereka juga memiliki dunianya sendiri. 

Cara untuk mengurangi rasa galau, rasa bersalah dan kasihan saat harus meninggalkan anak; kita harus FOKUS. Nah... Masalah ini sering banget yaa teman-teman rasain, liat dari galaunya status-status di media sosial. Hehehe...  Saat kita harus bekerja, fokuslah dengan pekerjaan kita. Saat kita harus bersama anak, fokuslah bersama anak. Tidak ada sambil-sambilan. Tidak ada yang namanya 'aku sedang bersama anakku', tapi di tangan kita lagi pegang handphone dan asyik menelusuri sosial media (ini perlu banget diubah yaa), itu namanya kita sedang berada di dekat anak, namun ruh kita tidak bersamanya. Begitu juga saat kerja, fokuslah dengan apa yang harus kita kerjakan, sehingga pekerjaan kita cepat selesai dengan hasil yang maksimal. Jangan malah kepikiran anak yang di rumah atau di daycare, rewel nggak ya... nangis nggak ya... mau makan nggak ya... Yang ada sudah nggak bisa membersamai anak, pekerjaan pun terbengkalai.

Menjadi Bunda Produktif dengan Mengenali Kekuatan Diri

Selain harus memahami hakikat rezeki dan fokus pada aktivitas yang kita kerjakan, kita juga perlu tahu bahwasanya Bunda Produktif adalah bunda yang senantiasa menjalani proses untuk menemukan dirinya, menemukan “MISI PENCIPTAAN” dirinya di muka bumi ini, dengan cara menjalankan aktivitas yang membuat matanya “BERBINAR-BINAR”. Kira-kira, selama ini aktivitas yang kita kerjakan sudahkah membuat kita merasa senang menjalaninya atau terpaksa karena keadaan?

Jika saat ini ada yang bekerja sebagai karyawan (kerjaan aku dulu, hehehe), apakah kita benar-benar menikmati sebagai karyawan? Tidak peduli dengan nominal yang tertera di struk gaji, namun karena kita mendapatkan kepuasan tersendiri ketika mampu membagi ilmu dan bermanfaat bagi orang lain. Jika sudah, maka itulah produktif yang sebenarnya. Namun ketika saat bekerja, kita ingin cepat selesai, uring-uringan ketika banyak deadline, menggerutu dengan gaji yang tak naik-naik. Mungkin perlu mengevaluasi, apakah menjadi karyawan benar-benar impian kita?

Kalau sampai saat ini kita masih kebingungan dengan aktivitas apa yang bisa membuat mata kita berbinar-binar, mungkin kita belum benar-benar memahami kelebihan dan kelemahan diri kita. Nah, NHW #7 kali ini kami diminta untuk lebih mengenal potensi diri (strength typology). Mungkin kalian juga mau mencobanya, gils?

Masuk ke web www.temubakat.com, lalu isi form yang ada; nama lengkap, tanggal lahir, pekerjaan, jenis kelamin, dll. Lalu kerjakan test tersebut hingga selesai dan mendapat hasilnya. Kita juga bisa download versi PDF nya. Setelah itu amati hasil tersebut dan konfirmasi ulang dengan apa yang kita rasakan selama ini. Sudah sesuaikah dengan apa yang kita jalani? Atau malah kita menemukan potensi yang baru dan belum pernah kita sadari selama ini?

Sebelum mengerjakan NHW #7 ini, sebenarnya aku sudah pernah mengerjakan tes-tes macam di web ini (iyalah, dulu kerjaan aku ngetest orang yang mau masuk kerja terus kuliah juga ngurusin alat test psikologi manusia). Tapi aku gak simpan pdf-nya hhee.. Buat yang pernah mendengar Talent Mapping yang diperkenalkan Abah Rama, web ini merupakan bagian dari Talent Mapping tersebut. Memang sih lebih afdolnya ikut assesment-nya biar lebih lengkap. Kalau aku sudah pernah tapi ya itu tadi aku gak copy soft file-nya
Oke, back to hasil hasil ST30 (Strenght Typology) yang aku dapat setelah mengerjakan tes di web Temu Bakat. Ternyata hasilnya seperti ini;




TIAS SEPTY JULIAN, anda adalah orang yang dapat merasakan perasaan orang lain baik sedang gembira maupun sedang sedih , banyak ideanya baik yang belum pernah ada maupun dari pikiran lateralnya , analitis , teliti & suka mengumpulkan informasi , senang mengkomunikasi ideanya , suka mengumpulkan berbagai informasi atau teratur , suka melayani orang lain dan mendahulukan orang lain , memiliki intuisi dalam memilih jalan terbaik menuju tujuan , senang menggabung-gabung kan beberapa teori atau temuan menjadi suatu temuan baru.(source; www.temubakat.com)

Nah.. itu deskripsi tentang aku dari hasil assesment dari web tersebut. Sebenarnya, hasilnya memang gak jauh beda sama diriku. Hhehe.. Oya, kalian perlu tau ya, jika melakukan assesment kepribadian seperti ini, isilah pernyataan-pernyataannya dengan jujur apa adanya, jangan fucking, terutama jika kalian mengikuti test ini untuk melamar pekerjaan atau promosi jabatan, karna HR itu pasti tau kalau kalian tidak jujur.

Berikut adalah hasil detail tentang aku, jadi aku tau deh siapa aku, kelebihan aku dan kelemahan aku. Aku juga tau bagaimana aku mengembangkan potensi yang ada didiri aku








Akhirnya setelah mengenal kekuatan dan kelemahan diriku, kini saatnya untuk membuat kuadran aktivitas, yang terdiri dari; kuadran 1 (aktivitas yang aku SUKA dan aku BISA), kuadran 2 (aktivitas yang aku SUKA tetapi aku TIDAK BISA), kuadran 3 (aktivitas yang aku TIDAK SUKA tetapi aku BISA), dan Kuadran 4 (aktivitas yang aku TIDAK SUKA dan aku TIDAK BISA). Inilah kuadran aktivitas versiku;





Alhamdulillah, selesai sudah memahami materi tentang bunda produktif dan mengerjakan NHW #7. Semoga proses mengenali kekuatan dan kelemahan diri ini, bisa membuat aku menjadi seorang ibu yang tidak sekedar sukses, namun lebih dari itu; ibu yang BAHAGIA dan SEHAT JIWA SERTA MENTAL. Ibu yang mengerti apa yang ia inginkan sekaligus mensyukuri apapun yang ia kerjakan dan ia dapatkan, meski mungkin harapan tak sesuai dengan kenyataan.

Silahkan gils, dipahami tulisan-tulisan aku ini ya, kalau ada yang mau didiskusikan atau sharing tinggalkan di kolom komentar. See you on the next post and thank you for reading !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dia adalah Hadiah Tuhan

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ ﴿٤٩...